Jumat 05 Apr 2019 15:34 WIB

Risiko Terlalu Rajin Pakai Pembersih Organ Kewanitaan

Pemakaian pembersih justru akan mengganggu pH alami organ kewanitaan.

Membersihkan tubuh. (Ilustrasi)
Foto: Max Pixel
Membersihkan tubuh. (Ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, AMBON -- Kaum perempuan disarankan menghindari penggunaan pembersih kelamin agar terhindar dari kanker serviks. Menurut Wakil Ketua Yayasan Kanker Indonesia (YKI) Provinsi Maluku dr Hendrita Tuanakotta, pembersih kelamin dapat menurunkan derajat keasaman (pH) alami pada area kewanitaan.

"Kelamin perempuan memiliki pH alami yang mampu mencegah berkembang biaknya bakteri, termasuk human papilloma virus (HPV) yang menyebabkan kanker serviks atau kanker leher rahim," kata Hendrita di Ambon, Jumat.

Baca Juga

Hendrita menjelaskan, derajat keasaman (pH) kelamin perempuan bisa dikatakan sehat jika berada di angka 3,5 sampai 4,5. Penggunaan pembersih kelamin dapat mengganggu pH alami kelamin dan menyebabkan bakteri vagina yang berpotensi buruk berkembang biak.

Menurut Hendrita, jika bakteri vagina yang berpotensi buruk telah berkembang biak, kelamin berisiko terkena jamur pemicu iritasi, gatal, dan cairan vagina yang tidak normal. Selain itu, yang ditakutkan adalah berkembangnya HPV.

Mengingat risiko tersebut, Hendrita menyarankan agar kaum perempuan untuk tidak rutin menggunakan cairan kelamin saat membersihkan vagina. Organ kewanitaan sejatinya bisa mendeteksi kesehatannya ketika ada perubahan cairan dan bau alaminya.

"Kalau rutin menggunakan cairan pembersih maka kita sendiri tidak bisa menyadari perubahan yang terjadi di dalam kelamin," ucapnya.

Untuk menghindari bertumbuhnya kanker serviks atau leher rahim, ada banyak cara yang bisa dilakukan oleh kaum perempuan. Hendrita mengajak perempuanmenjaga pola makan dan hidup sehat, memerhatikan kebersihan kelamin, dan tidak menggunakan bahan-bahan yang tidak alami saat membersihkannya.

Selain itu, para perempuan juga bisa harus rutin memeriksakan kesehatan reproduksinya, seperti menjalani tes IVA (inspeksi visual asam asetat) maupun pap smear yang merupakan metode skrining ginekologi. IVA tes dan Pap smear juga menjadi salah satu cara deteksi dini kanker leher rahim bagi kaum perempuan.

"Aman dan biayanya juga tidak mahal. Kanker serviks masih menjadi pembunuh nomor satu kaum perempuan di dunia, jika sedari dini sudah terdeteksi, maka bisa lebih cepat proses penanganan dan penyembuhannya," ujar Hendrita.

Provinsi Maluku, menurut Hendrita, sudah menggencarkan pelaksanaan tes IVA hingga ke daerah-daerah terpencil sejak tahun 2015.

"Sejak dicanangkan oleh Gubernur Said Assagaf pada 2015, tes IVA gencar dilaksanakan, bahkan juga dibuatkan lombanya. Tahun 2017 Kabupaten Kepulauan Tanimbar dan Kota Ambon yang menang lomba tes IVA karena pesertanya yang paling banyak," kata Hendrita.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement