REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Tidak semua orang yang terinfeksi bakteri Mycobacterium tuberculosis akan mengalami penyakit tuberkulosis (TB). Salah satu faktor yang mempermudah infeksi bakteri Mycobacterium tuberculosis berkembang menjadi penyakit TB adalah kebiasaan merokok.
"Penting sekali untuk pengendalian tembakau dan TB bisa sejalan di Indonesia," ungkap Ketua Umum Perhimpunan Dokter Paru Indonesia (PDPI) Dr dr Agus Dwi Susanto SpP(K) FAPSR FISR dalam peringatan Hari TB Sedunia yang diselenggarakan oleh PDPI di Rumah PDPI, Senin (25/3).
Agus mengatakan penyakit TB memang disebabkan oleh infeksi bakteri Mycobacterium tuberculosis. Akan tetapi, kebiasaan merokok merupakan faktor risiko yang dapat menurunkan imunitas di saluran pernapasan.
Kondisi ini membuat perokok cenderung berisiko lebih tinggi untuk terkena TB. Selain itu, kebiasaan merokok juga turut mempengaruhi hasil pengobatan pasien TB.
"Hasil pengobatan lebih buruk pada perokok daripada yang tidak merokok," ujar Agus.
Sementara itu, Pakar paru Indonesia Dr dr Erlina Burhan MSc SpP(K) mengungkapkan bahwa TB memang mudah menular. Setiap orang yang bernapas berisiko untuk menghidup bakteri-bakteri penyebab TB yang mengambang di udara.
"Tapi tidak semua yang terinfeksi jadi TB, ada faktor imunitas tubuh yang berperan," jelas Erlina.
Pada orang-orang dengan imunitas tubuh yang baik, infeksi bakteri Mycobacterium tuberculosis tidak akan berkembang menjadi penyakit TB. Oleh karena itu, penting untuk menjaga imunitas atau daya tahan tubuh tetap optimal melalui penerapan pola hidup sehat.
"Gaya hidup sehat, makan bergizi, istirahat cukup dan setop merokok," ujar Erlina.
Erlina mengatakan satu kali isapan asap rokok dapat menyebabkan kelumpuhan pada silia atau rambut getar di saluran pernapasan. Alhasil, kemampuan silia untuk melawan kuman-kuman yang masuk ke dalam saluran pernapasan akan berkurang. Itulah penyebab orang yang memiliki kebiasaan merokok cenderung lebih mudah terkena penyakit TB.