Senin 25 Mar 2019 10:08 WIB

Tiga Opsi Skrining Kanker Serviks, Pilih yang Mana?

Perempuan sangat disarankan untuk melakukan skrining kanker serviks secara berkala.

Rep: Adysha Citra Ramadani/ Red: Reiny Dwinanda
Artis Yuki Kato mendapatkan vaksin HPV sebagai upaya perlindungan dari kanker serviks.
Foto: KICKS/Golin
Artis Yuki Kato mendapatkan vaksin HPV sebagai upaya perlindungan dari kanker serviks.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Setiap hari, ada sekitar 50 perempuan Indonesia yang meninggal setiap hari karena kanker serviks. Penyakit yang disebabkan oleh infeksi human papilloma virus (HPV) bisa dicegah dengan vaksinasi dan skrining secara berkala.

Setidaknya, ada tiga jenis skrining kanker serviks yang bisa dipilih oleh perempuan. Salah satunya adalah tes inspeksi visual asam asetat (IVA).

Baca Juga

Tes IVA merupakan suatu metode pemeriksaan yang paling mudah, murah, dan bisa dilakukan di berbagai wilayah Indonesia. Pada pemeriksaan ini, mulut rahim akan dibalur dengan asam cuka 25 persen.

Setelah itu tenaga kesehatan akan melakukan melakukan analisis terhadap reaksi yang terjadi. Salah satu nilai positif dari tes IVA adalah biaya yang terjangkau dan bahkan gratis dengan layanan BPJS Kesehatan. Akses terhadap tes IVA juga mudah dijangkau karena tersebar hingga ke pelosok daerah.

"Cuma memang Tes IVA itu kadang-kadang butuh keterampilan untuk yang ngeliatnya. Jadi bidan-bidan harus benar-benar terlatih," ungkap perwakilan Yayasan Kanker Indonesia DKI Jakarta dr Venita Eng MSc saat ditemui Republika.co.id dalam diskusi kesehatan dan pemberian vaksinasi HPV bersama Koalisi Indonesia Cegah Kanker Serviks (KICKS), Cinta Laura dan Yuki Kato, di Jakarta.

Opsi skrining kedua adalah pap smear yang prosedurnya melibatkan pengambilan contoh sel-sel yang dilepaskan dari lapisan epitel serviks. Venita mengatakan sebagian perempuan merasa takut menjalani pap smear karena khawatir merasa sakit.

Padahal, pap smear yang dilakukan dengan benar oleh tenaga kesehatan terlatih tidak akan menimbulkan rasa sakit. Agar tidak merasa sakit, Venita menyarankan perempuan yang menjalani pap smear untuk tidak tegang.

Semakin tegang, kemungkinan perempuan untuk merasakan sakit semakin besar. Namun bila dilakukan dalam kondisi rileks, pap smear tidak akan menimbulkan rasa sakit.

Proses pengambilan sampel pun sangat cepat, hanya dalam hitungan detik. Pasien hanya diminta untuk berbaring di ranjang dan membuka kakinya, setelah itu vagina akan dibuka dengan alat bernama spekulum.

Setelah itu, tenaga kesehatan akan mengambil sampel dengan menggunakan brush yang tipis dan halus. Sampel ini akan diperiksa di laboratorium oleh dokter spesialis patologi anatomi.

"Jadi kalau kita di kota besar yang punya sarananya, bisa ada aksesnya, menurut aku nggak ada salahnya juga (pilih pap smear)," ujar Venita.

Jenis skrining lain yang mungkin jarang dikenal masyarakat adalah tes DNA HPV. Tes DNA HPV merupakan pemeriksaan molekuler dengan tingkat akurasi hingga 99 persen.

Tes ini dapat mendeteksi kemungkinan timbulnya lesi pra kanker meski belum terjadi perubahan pada sel. Namun, tes ini belum ditanggung oleh BPJS Kesehatan dan biaya yang diperlukan relatif lebih mahal.

Venita mengatakan anjuran untuk melakukan tes IVA adalah setiap tahun. Sedangkan anjuran WHO untuk pap smear adalah minimal tiga tahun sekali. Namun pap smear juga boleh dilakuakn setiap tahun.

"(Kalau tes HPV DNA) sekali dia negatif, cukup cek ulang tiga sampai lima tahun kemudian," ungkap Venita.

Skrining kanker serviks harusnya tidak menjadi kendala dari sisi biaya karena metode skrining, seperti tes inspeksi visual asam asetat (IVA) dan pap smear, ditanggung oleh BPJS Kesehatan. Lokasi pun seharusnya tidak menjadi kendala besar karena tes IVA tersedia hingga ke berbagai pelosok di Indonesia.

Venita mengatakan tiap perempuan boleh memilih opsi skrining manapun yang paling sesuai dengan diri masing-masing. Apapun metode yang dipilih, yang terpenting menjalani skrining.

"Mana saja, yang penting dilakukan," kata Venita.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement