REPUBLIKA.CO.ID, PULAU KOMODO -- Sebanyak 300 kaleng superqurban di distribusikan kepada warga di kampung Komodo, Flores, Nusa Tenggara Timur (NTT). Masyarakat kampung Komodo dulu bergantung pada hasil kekayaan bahari hasil tangkapan di laut seperti ikan, cumi, udang, tripang, mata 7, dan lobster.
Semenjak resmi menjadi kawasan Taman Nasional Komodo akses masyarakat terhadap laut dibatasi, karena ada beberapa cara mencari hasil laut yang mencemari atau bahkan merusak alam, sehingga pendapatan mereka turun secara drastis.
“Saat ini akses penduduk kampung Komodo untuk mencari ikan di laut jadi terbatas, banyak nelayan yang penghasilan hariannya tidak seperti dulu lagi, penghasilan mereka sangat menurun,” ujar Andri, salah seorang relawan Rumah Zakat.
Sebanyak 300 kaleng superqurban di distribusikan kepada warga di kampung Komodo, Flores, Nusa Tenggara Timur (NTT).
Masyarakat mulai berpikir agar pendapatan mereka bisa memenuhi kebutuhan sehari-hari. Akhirnya masyarakat yang mempunyai keberanian dan skil segera berpindah profesi dibidang pariwisata ada yang menjual souvenir. Aada yang menjadi pramuwisata dan ada juga yang menyewakan tempat tinggalnya untuk turis yang datang ke pulau Komodo.
Sebagian masyarakat yang tidak bisa survive dibidang ini akhirnya memutuskan berhenti dan kembali ke mata pencaharian awal yang tidak dapat memenuhi kebutuhan.
“Masyarakat desa Komodo sangat senang ketika relawan Rumah Zakat datang, mereka hampir tidak pernah makan daging sapi dalam bentuk kaleng, karena disini rata-rata mengonsumsi makanan laut, mereka sangat bersyukur,” ujar Hartono salah satu relawan.
“Kami disini makan daging jarang. Alhamdulillah diberikan rendang oleh Rumah Zakat. Senang rasanya kami bisa makan lauk rendang," ujar salah satu warga desa Komodo penerima rendang superqurban.