Senin 18 Mar 2019 10:44 WIB

Empat Fakta Sains Tentang Tren Jus Seledri

Jus seledri tidak dapat menyembuhkan semua penyakit dan bukan obat ajaib

Rep: Santi Sopia/ Red: Christiyaningsih
Jus seledri
Foto: Wikipedia
Jus seledri

REPUBLIKA.CO.ID, Jus seledri semakin menjadi tren dan menggema di media sosial. Jus seledri dipercaya bisa meningkatkan nutrisi. Termasuk di dalamnya dapat membantu mikrobioma usus, kombinasi bakteri, dan mikroflora lain sehingga membuat usus bekerja dengan baik. Tetapi apakah klaim ini sepenuhnya benar?

Jus seledri, seperti semua jus sayuran lainnya, sejatinya tidak dapat menyembuhkan semua penyakit dan bukan obat ajaib. Bagaimanapun juga, itu hanya tentang minuman hijau yang renyah dan rasanya sangat enak apalagi jika ditambah selai kacang.

Selalu penting untuk memisahkan kebenaran dari sensasi ketika ada tren kesehatan. Terutama jika klaim yang dibuat tidak didukung oleh penelitian yang dilakukan dengan benar oleh para ilmuwan terkemuka. Penting untuk dicatat bahwa usus manusia adalah organ yang sangat kompleks dan individual. Mari lihat apa kata sains tentang jus seledri sebagaimana dilansir laman Bustle.

1. Dapat menghambat peradangan usus

Menurut sebuah penelitian di Nutrition Research Reviews, seledri mengandung luteolin. Kandungan serupa juga banyak dalam wortel, paprika, minyak zaitun, peppermint, dan rosemary. Kandungan itu diketahui memiliki efek kesehatan positif, baik untuk usus maupun organ lain.

Sebuah studi pada 2015 menemukan luteolin menghambat peradangan usus pada tikus, terutama pada sel-sel yang melapisi usus. Sementara ulasan ilmu di sekitar luteolin pada 2016 mencatat luteolin menawarkan aktivitas antioksidan, anti-inflamasi, antimikroba, dan anti kanker.

2. Bahan lain punya senyawa penting lebih banyak

Senyawa lain yang perlu diketahui ketika berbicara tentang jus seledri dan usus adalah pyrroloquinoline quinone atau PQQ. PQQ adalah salah satu zat yang paling banyak diserap dari makanan kita dan ini muncul dalam seledri. Tetapi sebenarnya PQQ ditemukan dengan jumlah yang lebih besar dalam kacang polong, kedelai, kentang, peterseli, kol, dan wortel.

Sebuah studi pada 2013 menemukan PQQ baik dalam menurunkan tingkat peradangan pada manusia. PQQ memiliki efek pada zat-zat seperti IL-6, protein pro-inflamasi yang terkait dengan berbagai jenis bakteri usus.

3. Memiliki nilai gizi

Banyak orang menganggap seledri sebagai sayuran yang dibuang tanpa nilai gizi. Tapi sebenarnya seledri punya beberapa nutrisi pelindung kesehatan utama. "Selain rendah kalori dan sumber serat, seledri juga mengandung folat, vitamin K, kalium, dan antioksidan," kata ahli gizi Cynthia Sass kepada Health. Vitamin K dikaitkan dengan usus yang sehat, seperti juga dosis serat sehat yang baik.

4. Jus menghilangkan sera

Olahan dalam bentuk jus, menurut Mayo Clinic, sering menghilangkan serat sehat dari buah-buahan dan sayuran. Seperti yang diketahui, serat adalah salah satu kunci terbesar untuk kesehatan usus. Serat adalah sumber bahan bakar utama bagi banyak mikroba dalam usus. Dikonsumsi dalam bentuk jus dapat menghilangkan serat dari seledri.

Jika Anda ingin mendapatkan dosis serat, jus seledri jelas kurang bermanfaat daripada seledri utuh. Seledri bahkan bukan sayuran dengan serat tertinggi. Masih ada artichoke, bit, brokoli, dan kubis Brussel yang memiliki lebih banyak serat.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement