Senin 11 Mar 2019 06:38 WIB

Jangan Anggap Remeh Bengkak dan Kaku, Mungkin Gejala RA

Dokter hingga kini belum temukan obat yang sembuhkan RA secara total.

Rep: Gumanti Awaliyah/ Red: Indira Rezkisari
Rheumathoid Arthritis. Bengkak kemerahan di persendian, jari-jari bengkok, merupakan salah satu gejala Reumathoid Arthritis (RA).
Foto: Wikimedia
Rheumathoid Arthritis. Bengkak kemerahan di persendian, jari-jari bengkok, merupakan salah satu gejala Reumathoid Arthritis (RA).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Apakah Anda sering mengalami rasa sakit sekujur tubuh, bengkak dan kaku pada persendian (sendi tangan atau kaki), bengkak kemerahan di persendian, jari-jari bengkok atau mudah lelah tidak ada tenaga? Jika beberapa gejala itu sering terjadi, kemungkinan Anda terjangkit Reumathoid Arthritis (RA).

 

Baca Juga

Rheumathoid Arthritis (RA) berbeda dengan asam urat. RA ini disebabkan oleh sistem kekebalan tubuh atau autoimun yang seharusnya melawan infeksi, tetapi justru menyerang sel normal pada persendian dan membuat sendi terasa nyeri, bengkak dan kaku. Sedangkan asam urat disebabkan oleh terlalu banyak kadar asam urat di dalam tubuh.

Hingga saat ini, para ahli masih belum menemukan obat yang bisa menyembuhkan penyakit RA secara total. Penderita RA hanya bisa melakukan perawatan dasar seperti mengubah pola gaya hidup, serta konsultasi dengan dokter ahli. Untuk itulah, Evi Parwati bersama beberapa penyintas RA lainnya di Bandung menginisiasi komunitas SahaRA (Sahabat RA).

Komunitas ini terbentuk pada 1 Agustus 2018. Menurut Evi, komunitas RA dilatarbelakangi oleh minimnya pengetahuan masyarakat terhadap RA juga untuk saling memotivasi antar penyintas RA. Hingga Maret 2019, kata dia, anggota RA mencapai 300 orang lebih dan mayoritas anggota adalah penyintas RA.

"RA itu kan masih awam dimasyarakat. Rematik itu ada 150 macam. tapi rematik yang sulit disembuhkan itu ya RA karena disebabkan kelainan auto imun. Maka kami bentuklah komunitas ini," kata Evi saat ditemui Republika di Mal Ciputra Jakarta, beberapa waktu lalu.

Emma mengatakan, ratusan penyintas RA yang tergabung dalam komunitas SahaRA memiliki gejala yang berbeda. Ada yang terasa nyeri saat stres, ada yang memang bawaan gen, dan lain sebagainya. Sehingga setiap penyintas harus mengenali tubuhnya sendiri.

Dia menekankan pentingnya deteksi dini. Lebih awal penyakit RA terdeteksi, maka akan penyintas akan bisa ditolong. "Kalau dibiarkan bisa parah. Mulai dari tangan jadi bengkok, kaki bisa lumpuh, pokoknya semua persendian dalam tubuh bisa lumpuh karena dirusak oleh sistem imun itu," kata Evi.

Komunitas SahaRA juga sering berbagi dan mendukung para penyintas RA untuk bisa berjuang melawan sakitnya. Melalui kegiatan yoga persendian, senam rematik dan kajian RA. Kegiatan tersebut dinilai sangat penting dan bermanfaat bagi penyintas. Sebab dokter ahli rheumatologi di Indonesia masih terbatas dan kalau pun ada masih terkumpul di kota-kota besar saja.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement