Ahad 10 Mar 2019 00:10 WIB

Sarapan dan TV Turunkan Risiko Penyakit Jantung, Caranya?

Risiko penyakit jantung dan strok bisa diturunkan dengan mengatur durasi nonton TV.

Rep: Adysha Citra Ramadani/ Red: Ani Nursalikah
Menonton tv. ilustrasi
Foto: Dailymail
Menonton tv. ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, LOS ANGELES -- Risiko penyakit jantung dan strok dapat dipengaruhi oleh gaya hidup dan pola makan. Salah satunya melalui pengaturan kebiasaan menonton televisi dan sarapan.

Menurut studi terbaru, salah satu cara menurunkan risiko penyakit jantung dan strok adalah mengurangi durasi menonton televisi. Cara lain untuk menurunkan risiko penyakit jantung dan strok adalah dengan mengonsumsi sarapan kaya energi.

Studi bagian pertama melihat pengaruh kebiasaan menonton televisi terhadap kesehatan kardiovaskular. Studi bagian pertama ini melibatkan 2.000 partisipan berusia 40-99 tahun dari Yunani.

Para partisipan dibagi ke dalam tiga kelompok berdasarkan durasi menonton televisi per minggu yaitu kelompok rendah, kelompok sedang dan kelompok tinggi. Kelompok rendah merupakan partisipan yang terbiasa menonton televisi kurang dari tujuh jam per minggu, kelompok sedang merupakan partisipan yang terbaisa menonton televisi selama 7-21 jam per minggu, dan kelompok tinggi merupakan partisipan yang terbiasa menonton televisi lebih dari 21 jam per minggu.

Hasil penelitian menemukan partisipan di kelompok tinggi memiliki risiko hampir dua kali lipat lebih tinggi terhadap penumpukan plak di arteri bila dibandingkan kelompok rendah. Partisipan di kelompok tinggi juga memiliki risiko hipertensi 68 persen lebih tinggi dan risiko diabetes 50 persen lebih tinggi dibandingkan kelompok rendah.

Studi ini menunjukkan kebiasaan menonton televisi dalam durasi lama berkaitan dengan pola hidup sedentari yang dapat memperburuk kesehatan kardiovaskular. Sebaliknya, mengurangi durasi menonton televisi dan beralih pada aktivitas lain seperti bersosialisasi dengan teman atau melakukan pekerjaan rumah dapat memberi manfaat baik bagi kesehatan kardiovaskular.

"Bahkan aktivitas yang tidak banyak menggunakan energi seperti bersosialisasi dengan teman atau aktivitas membereskan rumah, dapat memberi manfaat subtansial untuk kesehatan Anda dibandingkan hanya duduk dan menonton televisi," ujar ahli kardiologi sekaligus ketua tim peneliti Dr Sotirios Tsalamandris seperti dilansir Medical News Today.

Studi bagian kedua berfokus pada pengaruh sarapan terhadap kesehatan kardiovaskular. Pada studi bagian kedua ini, partisipan juga dibagi ke dalam tiga kelompok, yaitu kelompok sarapan tinggi energi, kelompok sarapan rendah energi, dan kelompok tidak sarapan.

Kelompok sarapan tinggi energi terdiri dari partisipan yang menu sarapannya mengandung lebih dari 20 persen kebutuhan kalori harian. Sedangkan kelompok sarapan rendah energi terdiri dari partisipan yang menu sarapannya mengandung 5-20 persen kebutuhan kalori harian.

Hasil penelitian menunjukkan partisipan di kelompok sarapan tinggi energi cenderung memiliki kondisi arteri yang lebih sehat dibandingkan partisipan pada dua kelompok laiinnya. Para partisipan di kelompok sarapan tinggi energi juga mayoritas mengikuti diet Mediterania.

"Sarapan tinggi energi sebaiknya menjadi bagian dari gaya hidup sehat," jelas Tsalamandris.

Tsalamandris mengungkapkan penelitian lebih lanjut diperlukan untuk memahami apakah ada faktor lingkungan yang turut mempengaruhi hasil. Oleh karena itu, Tsalamandris dan tim berencana melanjutkan studi dan memantau para partisipan setidaknya selama 10 tahun.

Hasil studi terbaru ini akan disampaikan dalam Sesi Ilmiah Tahunan American College of Cardiology ke-68. Sesi ilmiah tahunan ini akan diselenggarakan pada pertengahan Maret 2019 di New Orleans, Louisiana.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement