REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Saat ini sudah dikenal pengobatan terbaru kanker paru, yaitu imunoterapi. Konsep imunoterapi adalah memberdayakan sel-sel imun agar lebih aktif melawan sel kanker. Pada orang normal, begitu ada sel-sel yang tumbuh tidak normal akan segera terdeteksi oleh sistem imun tubuh, untuk dimatikan atau dibuat menjadi normal kembali.
Data terbaru Globocan 2018 menunjukkan ada dua juta kasus baru kanker paru di seluruh dunia, dengan kematian mencapai 1,8 juta. Di Indonesia, diperkirakan 40 per 100 ribu orang berisiko kanker paru, terutama pria berusia di atas 40 tahun dan perokok aktif.
“Kanker ini sangat pintar. Ia memiliki kemampuan untuk lari dari radar sistem imun tubuh kita, sehingga sering tidak terdeteksi oleh sistem imun. Konsep imunoterapi adalah membuat sel-sel imun tubuh kembali mampu mengenali sel kanker dan menjadi aktif menyerangnya,” kata Pulmanologist dari Departemen Pulmanologi dan Kedokteran Respirasi FKUI Sita Andarini dalam Forum Ngobras di Menteng Jakarta, Kamis (28/2).
Imunoterapi adalah terapi terbaru kanker. Beberapa penelitian menunjukkan, pasien kanker paru yang diberikan imunoterapi memiliki respons terapi yang lebih baik. Indikatornya adalah dari perkembangan tumor yang bisa dihentikan, dan memperpanjang harapan hidup.
Sita mengutip penelitian penggunaan imunoterapi pada pasien kanker kanker paru yang belum pernah mendapatkan terapi apa pun. "Pasien yang mendapatkan imunoterapi memiliki hasil akhir berupa masa hidup lebih panjang dan masa hidup bebas penyakit lebih lama dibandingkan pasien yang mendapatkan kemoterapi saja," jelas dia.
Imunoterapi yang digunakan dalam penelitian ini dan sudah disetujui untuk terapi kanker paru adalah pembrolizumab atau anti PD-L1. Cara kerja pembrolizumab adalah memutus ikatan antara reseptor PD1 yang ada di sel-sel limfosit T (bagian dari sistem imun) dengan PD-L1 yang ada di permukaan sel-sel kanker.
Sita menjelaskan, Anti PD-L1 pembrolizumab bisa membuat pasien kanker paru mengalami progression free survival (masa tumor tidak berkembang) selama 10 bulan. Hasil pengamatan di RS Persahabatan pada pasien-pasien yang diberikan pembrolizumab, sudah berlangsung 21 bulan dan 50 persen pasien masih bertahan.
“Masa 10 bulan terbebas dari gejala ini nampaknya tidak bermakna, tetapi bagi pasien akan sangat bermakna. Imunoterapi sangat memberikan harapan pasien, karena angka harapan hidup pasien jadi lebih panjang dibandingkan pasien yang hanya mendapatkan kemoterapi,” ujar Sita.