REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ahli ginjal dan hipertensi dr. Tunggul D Situmorang mengatakan masyarakat di Indonesia dan negara di Asia lainnya lebih rentan terkena hipertensi dibandingkan dengan negara di Eropa. Ada sejumlah faktor yang berperan dalam kondisi tersebut.
Tunggul menjelaskan secara genetik, masyarakat Asia memiliki gangguan pengolahan asupan garam. Di samping itu, orang Asia juga cenderung lebih banyak mengkonsumsi garam.
"Hipertensi merupakan penyakit yang sifatnya katastropik dan dapat menyebabkan kerusakan jantung dan ginjal, serta telah menyita beban negara yang sangat besar, sekitar lebih dari Rp2 triliun," kata Tunggul, saat memberikan sambutan dalam acara "Waspadai Hipertensi pada Generasi Milenial" di Jakarta Selatan, Jumat.
Tunggul juga mengatakan bahwa upaya pencegahan dan pengontrolan penyakit hipertensi di Indonesia membutuhkan gerakan yang menyeluruh dari masyarakat, dokter, dan pemerintah, sebagai suatu Gerakan Peduli Hipertensi (HPH).
Pada kesempatan yang sama, Prof. Dr. dr. Suharjono, SpPD-KGH, K.Ger mengatakan, faktor risiko hipertensi dapat dilihat dari dua sisi. Hipertensi bisa disebabkan oleh kerusakan jantung, ginjal, atau penyakit kardiovaskular lain dan faktor lingkungan atau gaya hidup yang tidak sehat.
Suharjono mengingatkan faktor lingkungan dapat memicu hipertensi. Gaya hidup yang tidak sehat seperti mengkonsumsi makanan instan, merokok, dan mengkonsumsi garam berlebih, adalah beberapa kebiasaan yang bisa menyebabkan hipertensi.
Faktor lainnya yang bisa membuat orang terkena hipertensi adalah faktor usia. Suharjono menjelaskan semakin tinggi umur seseorang maka angka tekanan darahnya juga lebih tinggi.
Suharjono mengimbau orang yang terkena hipertensi untuk segera berobat. Jika tidak diobati, hipertensi dapat menyebabkan kerusakan organ penting tubuh, seperti jantung, stroke, gagal ginjal, vaskular, lebih parah lagi bisa menyebabkan kematian dan cacat.