Senin 18 Feb 2019 09:12 WIB

Cinta Memicu Kesehatan Jantung yang Lebih Baik

Sebuah penelitian menemukan pernikahan sebagai pelindung terhadap penyakit jantung.

Rep: MGROL116/ Red: Ani Nursalikah
Ilustrasi cinta.
Foto: Republika/Prayogi
Ilustrasi cinta.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ketika Anda memikirkan orang yang Anda cintai, apakah hati Anda terasa hangat dan tidak jelas? Manusia telah lama menggambarkan jantung sebagai sumber kasih sayang.

Dikutip di CNN, ahli jantung dan penulis New York, Sandeep Jauhar menyebutnya jantung metaforis. "Jantung metaforis adalah cara yang kami pikirkan tentang jantung sebelum ilmu pengetahuan muncul," kata Jauhar.

Jauhar yang mengeksplorasi hubungan antara organ seukuran kepalan tangan dan "jantung cinta" dalam bukunya Heart: A History. "Orang yang memiliki hubungan yang sehat dan penuh cinta memiliki kesehatan jantung yang lebih baik," ucapnya.

Cinta dimulai di otak

Kita menyebutnya jatuh cinta. Seolah-olah kita tidak memiliki kendali atas bagaimana kita jatuh. Tetapi aliran emosi yang kita hubungkan ke jantung kita sebenarnya dimulai jauh di dalam otak.

Dimulai dengan naksir, daya tarik pertama yang memicu jalur dopamin jauh di tengah otak. Dopamin dikenal sebagai neurotransmitter "merasa-baik", tetapi juga memberitahu kita untuk memperhatikan dan mengharapkan imbalan. Dopamin memberi kita langkah lebih lanjut seperti ergila-gila atau bisa disebut obsesi.

Kadar dopamin yang tinggi menekan serotonin. Penelitian menunjukkan hal yang sama terjadi pada orang dengan gangguan obsesif-kompulsif.

Otak juga memberi tahu kalenjar adrenalin Anda untuk melepaskan zat kimia seperti adrenalin dan norepinefrin. Tidak heran kita sering gemetar dan merasa jantung kita berdegup kencang ketika memikirkan kekasih.

Otak melepaskan oksitosin, yang sering disebut "hormon cinta" karena membantu pasangan menciptakan ikatan yang kuat. Oksitosin adalah neuropeptida yang disekresi oleh kelenjar hipofisis selama masa keintiman, seperti memeluk, mencium, dan orgasme.

Cinta baik untuk jantung

Membanjiri tubuh dengan hormon-hormon yang menciptakan cinta itu luar biasa bagi sistem saraf dan jantung. Perasaan hangat dari kasih sayang meningkatkan sistem saraf parasimpatis yang membantu untuk rileks.

Itu mengurangi stres dan mengurangi perasaan depresi dan kecemasan. Perasaan penuh kasih juga merusak sistem saraf simpatik yang bertanggung jawab atas reaksi kita melawan atau lari.

"Saat rileks, pembuluh darah cenderung sedikit melebar dan tekanan darah cenderung turun," kata Jauhar.

Sebuah penelitian terhadap 60 pasangan menemukan tekanan darah mereka lebih rendah ketika mereka berinteraksi secara sosial dengan pasangan mereka daripada ketika sendiri atau berinteraksi dengan orang lain. Anehnya, penurunan tekanan darah terjadi bahkan ketika pasangan menganggap hubungan mereka kurang harmonis.

Penelitian menunjukkan pria dan wanita yang menikah memiliki risiko lebih kecil mengalami masalah kardiovaskular dibandingkan pria dan wanita lajang. Temuan ini mencerminkan analisis dari lebih dari 280 ribu pria dan wanita yang merupakan bagian dari Studi Kematian Longitudinal Nasional. Penelitian itu menemukan pernikahan sebagai pelindung terhadap penyakit jantung.

"Dukungan sosial juga tampaknya meningkatkan sistem kekebalan dan menurunkan risiko peradangan, yang dapat merusak jantung," ucap Jauhar.

Para peneliti di Pittsburgh melakukan penelitian flu biasa mengukur tingkat dukungan orang-orang dari teman, keluarga, dan organisasi, dan kemudian menyemprotkan virus flu ke hidung mereka. Orang-orang dengan dukungan sosial yang kuat lebih kecil kemungkinannya untuk sakit.

Seks juga tampaknya terkait dengan sistem kekebalan yang lebih kuat. Sebuah studi terhadap mahasiswa dalam hubungan yang baik menemukan mereka yang berhubungan seks sekali atau dua kali seminggu memiliki lebih banyak kadar imunoglobin A dalam air liur mereka. Immunoglobin A atau IgA, adalah garis pertahanan pertama tubuh terhadap penyakit pernapasan.

Hubungan cinta juga dapat mempengaruhi jantung Anda dengan mendorong perilaku sehat yang mengurangi risiko penyakit jantung. "Anda mungkin akan lebih mungkin mendengarkan pasangan Anda ketika mereka memberi tahu Anda untuk minum obat, berolahraga, berhenti merokok, atau pergi periksa ke dokter," kata Jauhar.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement