REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA - Pengamat perfilman dari Institut Kesenian Jakarta Suzen HR Tobing menilai perlunya sebuah pedoman baku untuk menyokong film-film Indonesia agar bisa masuk ke Festival Film Internasional. Pengajar di Fakultas Film dan Televisi Institut Kesenian Jakarta ini menyebut dengan pedoman yang terukur dan jelas standardisasinya maka akan terbentuk sebuah sistem yang menghubungkan antara pemangku kebijakan di bidang perfilman.
"Sebetulnya kelembagaan itu ada beberapa yang sudah melakukan kegiatan untuk memfasilitasi festival lokal maupun internasional, tapi memang harus diperkuat lagi. Sudah ada tapi kok enggak saling koordinasi dari satu lembaga ke lembaga lain," kata Suzen di Jakarta, Kamis (14/2).
Jika sudah ada kesamaan visi misi antarlembaga, nanti tinggal mempersiapkan tim kurasi yang paham dengan karakteristik festival film internasional. Menurut dia, hal ini penting mengingat format festival film di setiap negara berbeda-beda.
"Nanti dari 1700 festival film yang ada di dunia, ini diklasifikasikan. Misalnya cocok di Venice, di Canes, ada nih klasifikasinya," ucap dia.
Sistem ini diharapkan bisa membuat ekosistem film di Indonesia bisa berkembang dan memfasilitasi para praktisinya.
"Nanti ada semacam alur kerja yang jelas. Enggak harus mendanai semuanya, tapi kalau sudah jalan bisa bermitra dengan stakeholder yang lain yang enggak melulu lewat pemerintah. Syukur-syukur kalau masuk APBN kayak di negara lain. Otomatis kalau ada dana semua termotivasi, mereka akan buat yang terbaik," ucap dia.
Suzen pun mengingatkan kalau festival film internasional tak sekadar memutar film karya anak bangsa di luar negeri. Tetapi lebih dari itu, ada tukar gagasan dan kebudayaan yang tentunya akan berdampak baik pada perfilman Indonesia.
"Itu ajang transfer pengetahuan, ada buyer saling dapat informasi dari link yang ada d sana. Enggak di dalam sini saja," ucap dia.