Kamis 24 Jan 2019 19:07 WIB

Band Deredia Angkat Kembali Kejayaan Musik Era 50-an

Mayoritas lagu Deredia berbahasa Indonesia sebagai representasi budaya sang musisi

Rep: Christiyaningsih/ Red: Ichsan Emrald Alamsyah
Deredia.
Foto: Ist
Deredia.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Musik-musik lawas membawa nilai dan konsep unik yang belum tentu dimiliki oleh musik era masa kini. Di antara semua era musik, Deredia menjatuhkan pilihan untuk konsisten mengangkat musik-musik ala tahun 1950-an. Sejak berdiri pada 2015, band indie yang mengusung corak pop, swing, dan lenso itu sudah mencetak dua album. 

Nama Deredia diambil dari bahasa Manggarai, Kabupaten di Pulau Flores, NTT, yang punya makna nyanyian merdu. Yosua Simanjuntak sang pemetik gitar mengatakan di era 50-an musik masih sangat jujur. Itulah mengapa dirinya bersama Louise Sitanggang (vokal), Papa Ical (bass), Raynhard Pasaribu (piano), dan Aryo Wicaksono (drum) kompak menampilkan konsep musik tahun 50-an.

Bicara soal inspirasi, Deredia berkiblat pada karya-karya duet Les Paul dan Mary Ford. Yosua menambahkan di Tanah Air sudah banyak band atau musisi yang mengusung lagi musik era lawas. Akan tetapi mereka selalu mencuplik masa 1960-an ke atas. Yosua dan kawan-kawan masih belum melihat musisi yang membawakan lagu bernuansa 1950-an ke bawah. 

Era 50-an adalah masa transisi setelah perang. Di fase itu musik yang kaku bertransformasi menjadi lebih populer. "Musik di masa itu berbeda dengan musik era sekarang yang sudah difabrikasi," jelas Yosua dalam kunjungan Deredia ke Republika.co.id, Kamis (24/1).

Menurut pria yang berlatar belakang sebagai sound engineering tersebut di era vinyl hanya musisi yang benar-benar bagus yang bisa masuk dapur rekaman. "Saat ini gimmick sangat mudah naik tetapi nilai-nilai susah terangkat. Itulah nilai-nilai integritas yang ingin kita kenalkan lagi," imbuh Yosua. 

Cita rasa nostalgia kental terasa saat kita mendengarkan lagu-lagu yang dibawakan oleh Deredia. Coba tilik lagu Teman Seperjuangan yang bertutur tentang manis pahit bersama teman setia. Gaya bernyanyi Louise yang ceria membuat lagu ini semakin enak didengar.

Mayoritas lagu Deredia pun berbahasa Indonesia sebagai representasi budaya sang musisi. Deredia berjanji ke depan bandnya akan semakin banyak memproduksi lagu-lagu berbahasa Indonesia. Di album ketiga yang rencananya rilis pada Ramadhan tahun ini, semua lagu di album tersebut berbahasa Indonesia.

"Lirik dan notasi musik Indonesia di era 50-an juga indah. Ini yang ingin kami angkat lagi di tengah maraknya musisi Tanah Air yang memproduksi lagu-lagu berbahasa Inggris," jelas Yosua.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement