Kamis 17 Jan 2019 18:52 WIB

Ini Generasi dengan Kesehatan Mental Terburuk

Generasi Z lahir di masa orang tua terlalu ikut campur dan overprotektif

Rep: Adysha Citra Ramadani/ Red: Ichsan Emrald Alamsyah
Generasi Z tumbuh sebagai generasi yang mendapatkan perlindungan sangat kuat dari lingkungan.
Foto: clevelandclinic.org
Generasi Z tumbuh sebagai generasi yang mendapatkan perlindungan sangat kuat dari lingkungan.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- American Psychological Association mengungkapkan bahwa Generasi Z mungkin merupakan generasi yang paling berisiko terhadap masalah kesehatan mental. Generasi Z merupakan orang-orang yang lahir pada pertengahan tahun 1990-an hingga awal 2000-an.

Psikolog Scott Bea PsyD menilai salah satu sumber 'stres' atau tekanan yang didapatkan oleh Generasi Z berasal dari pengalaman orang tua ketika mereka muda. Bea mengatakan Generasi Z melewati insiden 9/11 ketika masih berusia sangat muda yaitu 6 tahun ke bawah. 

"Pada waktu itu, pemberitaan media meledak karena lebih banyak orang menginginkan berita, dan kita mulai menerapkan perilaku yang lebih aman," ungkap Bea seperti dilansir Cleveland Clinic.

Banyaknya pemberitaan terkait ancaman keamanan di media membuat masyarakat seringkali memiliki estimasi berlebih terhadap suatu risiko. Akibatnya, Generasi Z tumbuh sebagai generasi yang mendapatkan perlindungan sangat kuat dari lingkungan.

Ketika orang tua terlalu ikut campur atau melindungi anak dari konflik, anak-anak tak bisa mengasah kemampuan coping yang baik ketika menghadapi masalah. Padahal, sistem psikologis manusia dapat mengembangkan 'imunitas' yang lebih baik bila terpapar oleh masalah.

"Bila kita tidak membiarkan generasi muda menyelesaikan masalah, untuk mengembangkan strategi coping aktif, berarti kita mencuri kesempatan itu dari mereka," lanjut Bea.

Selain lebih banyak terdampak dengan masalah kesehatan mental, Generasi Z juga diketahui lebih sadar akan masalah kesehatan mental. Mereka lebih memiliki kesadaran untuk mencari pertolongan ketika membutuhkan bantuan terkait masalah kesehatan mental.

 

"Kita juga memiliki informasi yang lebih baik mengenai ke mana harus mendapatkan pertolongan dan apakah pertolongan itu efektif," pungkas Bea. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement