Sabtu 05 Jan 2019 15:00 WIB

Ini Waktu untuk Membakar Kalori Paling Banyak

Manusia membakar kalori sekitar 10 persen lebih banyak pada sore hari.

Rep: Dwina Agustin/ Red: Endro Yuwanto
Kalori (ilustrasi)
Foto: Health
Kalori (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Segala sesuatu dari latihan hingga jadwal tidur dapat mempengaruhi berapa banyak kalori yang dibakar sepanjang hari. Menurut sebuah penelitian baru-baru ini, ada waktu khusus dalam satu hari di mana tubuh secara alami membakar kalori paling banyak.

Kelebihan itu, menurut penelitian yang telah dipublikasi dalam Current Biology, awal tahun ini, sepertinya berkat ritme sirkadian, yang mengendalikan jam internal tubuh dan siklus tidur dan bangun. Ritme ini juga dapat mempengaruhi pembakaran kalori.

Saat istirahat, menurut percobaan laboratorium, manusia membakar sekitar 10 persen lebih banyak kalori pada sore hari daripada yang dilakukan pada larut malam. Artinya, sama dengan sekitar 130 kalori ekstra yang dibakar selama sore dan malam dibandingkan tengah malam.

Rekan penulis studi Dr Jeanne Duffy mengatakan, peningkatan kecil seperti ini dapat berdampak pada kesehatan. "Jika itu terjadi setiap hari. Anda dapat membayangkan seiring waktu itu bisa bertambah," katanya.

Penelitian berfokus pada pembakaran kalori saat istirahat atau energi yang dibutuhkan untuk menyalakan fungsi tubuh seperti pernapasan dan sirkulasi darah. Profesor kedokteran di Harvard Medical School ini mengatakan, tidak jelas apakah orang harus menjadwal ulang latihan dan waktu makan di sekitar lonjakan energi sore ini. Mungkin lebih relevan dengan perilaku sehari-hari dengan menghindari penurunan kalori dalam tubuh pada larut malam dan dini hari.

"Katakanlah kita bangun satu atau dua jam lebih awal dan makan sarapan satu atau dua jam lebih awal. Kita mungkin makan sarapan itu tidak hanya pada saat tubuh kita mungkin tidak siap untuk menghadapinya, tetapi pada saat kita membutuhkan lebih sedikit energi untuk mempertahankan fungsi tubuh. Oleh karena itu, sarapan yang sama dapat menghasilkan kalori yang disimpan ekstra, karena kita tidak memerlukannya untuk menjaga fungsi tubuh kita," ujar ilmuwan saraf di Rumah Sakit Brigham and Women's, dikutip dari Time, Selasa (1/1).

Studi ini hanya melibatkan tujuh orang, sehingga temuannya masih sangat awal. Namun, para peneliti mengatakan, ukuran sampel yang kecil memungkinkan mereka untuk melakukan percobaan laboratorium yang luas. Lalu mengatur segala sesuatu mulai dari diet hingga paparan cahaya untuk menawarkan wawasan unik tentang dampak alami dari ritme sirkadian.

Selama 37 hari, pria dan wanita yang berusia 38 hingga 69 tahun tinggal di laboratorium tanpa jam, jendela, telepon atau internet, yang menghilangkan gangguan lingkungan. Para peneliti juga dengan hati-hati mengatur waktu tidur dan bangun, menggerakkan mereka kembali empat jam setiap hari.

Efek-efek tersebut membuang jam tubuh para peserta dan memaksa ritme sirkadian untuk beroperasi hanya berdasarkan faktor-faktor internal, yang memungkinkan peneliti untuk mengamati tubuh biologis yang sebenarnya pagi, siang, dan malam, terpisah dari yang ada di jam. Asupan makanan dan tingkat aktivitas juga ditentukan dan dilacak oleh para peneliti.

Semua orang mengenakan sensor yang mengukur suhu inti tubuh yang memungkinkan untuk mengukur pengeluaran energi. Semakin tinggi suhu inti, semakin banyak kalori yang dibakar orang tersebut.

Peneliti menemukan, suhu tubuh manusia berada pada titik terendah ketika ritme sirkadian berhubungan dengan larut malam dan dini hari, dan pada puncaknya sekitar 12 jam kemudian, pada sore hari.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement