REPUBLIKA.CO.ID, NEW YORK -- Departemen Luar Negeri Amerika Serikat telah mengeluarkan anjuran perjalanan yang mendesak warga Amerika untuk meningkatkan kewaspadaan saat bepergian ke Cina. Penasihat perjalanan tinggi Departemen Luar Negeri khawatir bahwa Cina dapat secara sewenang-wenang menegakkan hukum setempat, dan menahan warga AS tanpa alasan.
Penasihat itu juga menunjukkan bahwa warga AS-Cina atau warga Amerika keturunan Cina sangat rentan terhadap pengawasan dan pelecehan tambahan.
"Otoritas Cina telah menegaskan otoritas luas untuk melarang warga AS meninggalkan Cina dengan menggunakan 'larangan keluar,' terkadang menjaga warga AS di Cina selama bertahun-tahun," kata Departemen Luar Negeri dalam penasehatnya, dilansir dari laman Business Insider, Sabtu (5/1).
Menurut penasehat tersebut, Cina cenderung menggunakan larangan keluar ini dengan cara paksaan. "Memaksa warga AS untuk berpartisipasi dalam penyelidikan pemerintah Cina, untuk memikat individu kembali ke Cina dari luar negeri, dan untuk membantu otoritas Cina dalam menyelesaikan sengketa sipil yang menguntungkan Cina".
Selain itu, Departemen Luar Negeri mengatakan orang Amerika mengetahui tentang larangan keluar ini hanya ketika mereka mencoba untuk meninggalkan Cina. Mereka tidak diberitahu berapa lama larangan itu akan bertahan.
"Personel keamanan dapat menahan atau mendeportasi warga AS karena mengirim pesan elektronik pribadi yang kritis terhadap pemerintah Cina," tambah badan tersebut.
Penasihat perjalanan Cina yang baru adalah penasihat tingkat dua, yang mendesak agar kehati-hatian meningkat. Penasihat tingkat satu menyarankan wisatawan melakukan tindakan pencegahan yang normal, sementara penasehat tingkat tiga mendesak orang Amerika untuk mempertimbangkan kembali perjalanan. Penasihat tingkat empat merekomendasikan agar orang Amerika menghindari bepergian ke negara tertentu.
Negara atau wilayah lain dengan penasihat tingkat dua meliputi Aljazair, Antartika, Belgia, Prancis, Jerman, Denmark, Myanmar, dan Inggris.