Jumat 04 Jan 2019 10:53 WIB

Pemanis Rendah Kalori tidak Lebih Baik Daripada Gula Biasa

Beragam studi jangka pendek menyebut pemanis rendah kalori tidak mencegah obesitas

Rep: Christiyaningsih/ Red: Ichsan Emrald Alamsyah
Pemanis buatan pengganti gula.
Foto: flickr
Pemanis buatan pengganti gula.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Minuman ringan yang mengganti gula dengan pemanis buatan yang diklaim rendah kalori ternyata tidak membuatnya jadi lebih baik. Substitusi gula dengan pemanis rendah kalori tidak punya efek membantu menurunkan berat badan. Selain itu dalam jangka panjang efek samping dari konsumsi pemanis buatan rendah kalori juga masih belum jelas. 

Dalam analisis terbesar efek kesehatan dari pemanis non-gula sampai saat ini, para peneliti Jerman menemukan sedikit bukti kuat untuk mendukung manfaat yang diklaim atau untuk mengesampingkan peningkatan bahaya dari penggunaan jangka panjang. 

Sejumlah kecil studi menunjukkan melambatnya kenaikan berat badan ketika konsumsi gula diganti dengan pemanis buatan. Akan tetapi, dari 56 studi yang diulas, efek tersebut dinilai punya 'kepastian rendah atau sangat rendah'. Tidak ada bukti yang menunjukkan pemanis buatan bisa membantu orang menurunkan berat badan.

Studi-studi lain justru menimbulkan kekhawatiran karena pemanis buatan bisa meningkatkan risiko kanker. Akan tetapi tidak ada hubungan seperti itu yang ditemukan dalam ulasan.

Studi yang dipimpin University of Freiburg ini juga menyoroti kurangnya riset jangka panjang mengenai dampak pemanis buatan terhadap kesehatan. Hal ini dikarenakan sulitnya mendata orang yang bisa diikutkan dalam riset. 

Masalah obesitas yang terjadi di Inggris dan negara-negara maju lainnya telah memunculkan diet alternatif. Diet ini mengganti gula dengan pemanis buatan seperti aspartam karena kadar kalorinya lebih rendah. 

Namun sebuah studi yang dilakukan pada 2017 oleh Framingham Heart Study mewanti-wanti konsumsi minuman diet tersebut dapat meningkatkan risiko stroke atau demensia. "Bukti dari efek konsumsi minuman berpemanis masih menjadi perdebatan," kata peneliti Joerg Meerpohl dalam analisisnya dikutip dari Insider

"Ketika beberapa studi melaporkan adanya hubungan antara pemanis dan pengurangan obesitas serta risiko diabetes tipe dua, studi-studi lain menyebut pemanis bisa meningkatkan risiko obesitas, diabetes, dan kanker," ungkapnya. 

Akan tetapi setelah melengkapi ulasannya, para penulis sampai pada satu kesimpulan. "Tidak ada bukti yang bisa dilihat bahwa pemanis punya manfaat bagi kesehatan dan potensi bahaya tidak dapat dikecualikan," tulis mereka.

Profesor Tom Sanders, ahli nutrisi dan praktisi diet dari King's College Londo yang tidak ikut dalam riset itu, memberikan tanggapannya. "Temuan studi tersebut tidak mengejutkan dan mengonfirmasi pandangan pemanis buatan bukanlah peluru ajaib yang bisa mencegah obesitas," jelasnya.

"Mengganti minuman bergula dengan pemanis buatan membantu mencegah kegemukan pada anak-anak. Namun pemanis buatan tidak lebih superior daripada minuman yang disarankan yaitu air putih," pungkasnya. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement