REPUBLIKA.CO.ID, DUBAI -- Distribusi lemak yang tidak normal dalam tubuh, seperti lemak perut, tidaklah baik untuk kesehatan. Bahkan bagi orang yang tidak obesitas sekalipun, lemak perut lebih berisiko tinggi jantung dan stroke.
Dilansir Indian Express, Sabtu (29/12), European Society of Cardiology (ESC) Survei EUROASPIRE V di Kongres Dunia Kardiologi & Kesehatan Kardiovaskular di Dubai, menyatakan hampir dua pertiga orang yang berisiko terkena serangan jantung memiliki lemak perut ekstra. Penelitian menyatakan lemak perut buruk bagi jantung, bahkan pada orang yang tidak kelebihan berat badan atau obesitas.
Studi ini dilakukan pada 2017-2018 di 78 praktik umum di 16 negara terutama Eropa. Para peserta diidentifikasi secara retrospektif menggunakan catatan medis dan diundang untuk wawancara dan pemeriksaan klinis. Pertanyaan yang diajukan tentang kebiasaan gaya hidup mereka seperti merokok, diet, aktivitas fisik, tekanan darah, lipid, dan diabetes.
Pengukuran meliputi tinggi badan, berat badan, lingkar pinggang, tekanan darah, kadar kolesterol low-density lipoprotein (LDL), dan kadar gula darah. Sebanyak 2.759 peserta diwawancarai dan diperiksa menggunakan metode dan instrumen standar.
Hampir dua pertiga (64 persen) mengalami obesitas sentral (lingkar pinggang 88 cm atau lebih besar untuk wanita dan 102 sentimeter atau lebih tinggi untuk pria).
Sekitar 37 persen kelebihan berat badan yang diukur indeks massa tubuh (BMI 25 hingga 29,9 kilogram) dan 44 persen mengalami obesitas (BMI 30 kilogram lebih). Hampir satu dari lima peserta (18 persen) adalah perokok dan hanya 36 persen mencapai tingkat aktivitas fisik yang disarankan minimal 30 menit, lima kali per pekan.
“Survei menunjukkan bahwa sebagian besar individu dengan risiko tinggi penyakit kardiovaskular memiliki kebiasaan gaya hidup yang tidak sehat dan tekanan darah, lipid dan diabetes yang tidak terkontrol,” kata Kornelia Kotseva, ketua Komite Pengarah EUROASPIRE dan penulis pendamping penelitian.
Dia melanjutkan, data ini menjelaskan bahwa harus lebih banyak upaya dilakukan untuk meningkatkan pencegahan kardiovaskular pada orang yang berisiko tinggi terhadap penyakit kardiovaskular. Analisis peneliti menyoroti perlunya sistem perawatan kesehatan dalam pencegahan.