Rabu 26 Dec 2018 16:36 WIB

Diet Bantu Kinerja Obat Penurun Kolesterol Bekerja Efektif

Statin biasanya diresepkan untuk penyakit kardiovaskuler.

Rep: Retno Wulandhari/ Red: Indira Rezkisari
Pola makan ala diet Mediterania mengandung banyak sayur dan buah.
Foto: Pixabay
Pola makan ala diet Mediterania mengandung banyak sayur dan buah.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Penelitian baru di Eropa menemukan bahwa konsumsi statin atau obat penurun kolesterol yang diikuti dengan diet Mediterania bisa membantu kinerja obat lebih efektif. Ini bisa menurunkan risiko kematian pada pasien jantung atau strok.

Penelitian yang dilakukan oleh para peneliti dari IRCCS Neuromed, Italia, melibatkan 1.180 responden yang memiliki riwayat penyakit kardiovaskuler dengan rata-rata usia 67 tahun. Para responden diminta mengikuti diet Mediterania.

Baca Juga

Hasil penemuan yang dipublikasikan di International Journal if Cardiology menunjukkan bahwa diet Mediterania menurunkan risiko kematian penyakit kardiovaskuler dari semua jenis faktor penyebab. Risiko yang diturunkan bahkan jauh lebih besar dari pada responden yang tidak mengombinasikan statin dan diet ini Mediterania.

Sebaliknya, risiko kematian tidak bisa diturunkan hanya dengan mengonsumsi statin saja. "Kami menemukan bahwa kombinasi statin dan diet Mediterania bekerja lebih efektif dibandingkan dilakukan secara terpisah," kata penulis peneliti Marialaura Binaccio dikutip Malay Mail Online.

Statin diresepkan bagi pasien dengan penyakit kardiovaskuler. Di samping mengonsumsi obat penurun kolesterol, dokter biasanya juga merekomendasikan pasien untuk melakukan diet sehat dan menjaga pola makan.

Diet Mediterania membuat seseorang lebih banyak mengonsumsi buah, sayur, ikan, kacang-kacangan, minyak zaitun, dan biji-bijian. Diet ini juga membuat seseorang mengurangi konsumsi daging, makanan yang diproses lama dan produk susu.

Selain itu, tim peneliti juga melihat kemungkinan manfaat lain dari interaksi antara diet dan konsumsi obat. Kombinasi ini ternyata juga dapat menurunkan tingkat inflamasi.

"Berdasarkan data dari penelitian yang kami dapatkan, kami harus fokus pada kemungkinan interaksi antara makanan dan obat, aspek besar yang selalu diabaikan dalam penelitian epidemiologis," kata direktur Departemen Epidemologis dan Pencegahan, Giovanni de Gaetano.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement