Jumat 21 Dec 2018 18:29 WIB

Studi: Screening Time Memengaruhi Otak Anak

Anak dengan screening time lebih dari dua jam mendapat skor tes berpikir yang rendah.

Rep: Rossi Handayani / Red: Ichsan Emrald Alamsyah
Anak bermain gim di gawai.
Foto: Flickr
Anak bermain gim di gawai.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Saat ini hampir semua anak-anak tumbuh dengan ponsel dan perangkat elektronik lain yang dilengkapi internet. Hal ini pun membuat banyak orang tua khawatir. 

Namun, itu juga memberi para ilmuwan kesempatan untuk menjawab pertanyaan, apa pengaruh waktu menyaksikan gawai atau screen time terhadap otak anak-anak? Para peneliti dari National Institutes of Health baru-baru ini menawarkan sekilas jawaban berdasarkan data awal dari studi Adolescent Brain Cognitive Development (ABCD). 

Penelitian ini diikuti lebih dari 11 ribu dengan usia sembilan hingga 10 tahun di 21 lokasi di seluruh Amerika Serikat. Hasilnya dipresentasikan pada Desember oleh direktur studi Gaya Dowling, PhD, di CBS.

Para ahli menemukan perbedaan yang signifikan pada otak beberapa anak yang dilaporkan menggunakan smartphone, tablet, dan permainan video lebih dari tujuh jam sehari. Anak-anak yang melaporkan lebih dari dua jam sehari waktu layar mendapat skor lebih rendah pada tes berpikir dan bahasa.

Pemindaian otak menunjukkan bahwa anak-anak dengan banyak waktu di layar mengalami penipisan korteks yang sangat dini. Lapisan terluar dari otak ini memproses berbagai jenis informasi dari indra.

"Itu biasanya dianggap sebagai proses pematangan. Jadi, apa yang kita harapkan akan terjadi nanti sedikit lebih awal," kata Dowling, dilansir dari laman Health Line, Jumat (21/12).

Dr. Ellen Selkie, dokter remaja di Rumah Sakit Universitas Michigan C.S. Mott Children, mengatakan kepada Healthline, satu-satunya kesimpulan yang dapat digambarkan saat ini adalah bahwa dua hal terjadi pada saat yang bersamaan. Tetapi, sulit untuk mengatakan apakah yang satu menyebabkan yang lain. 

Misalnya, waktu layar yang berlebihan dapat menurunkan kinerja akademik anak-anak. Tetapi, bisa juga bahwa anak-anak yang mengalami kesulitan dengan tugas tertentu mungkin lebih tertarik ke layar karena beberapa alasan.

"Kami akan dapat melihat tidak hanya berapa banyak waktu yang mereka habiskan, bagaimana mereka merasakannya berdampak pada mereka, tetapi juga apa saja hasilnya. Dan itu akan menjawab pertanyaan apakah ada kecanduan atau tidak," ujar Dowling.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement