Rabu 19 Dec 2018 04:15 WIB

Hindari Paksaan, Kiat Ajak Si Kecil Agar Senang Berbagi

Anak perlu nyaman ketika berbagi karena si kecil masih egosentrisme tinggi

Rep: Christiyaningsih/ Red: Ichsan Emrald Alamsyah
Anak berbagi, kakak dan adik (ilustrasi)
Foto: Republika/Amin madani
Anak berbagi, kakak dan adik (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Orang tua tentu ingin punya anak yang baik hati dan suka menolong. Bagi orang dewasa mungkin berbagi adalah hal yang mudah. Namun bagaimana mengenalkan konsep berbagi pada anak-anak agar mereka mudah memahami? Karena kadang meminta mereka meminjamkan mainan kepada temannya pun susah.

Psikolog Firman Ramdhani mengatakan di ranah ilmiah sifat kemurahan hati disebut dengan altruistik. Faktor genetik memang berperan dalam membentuk sifat murah hati.

Namun menurutnya pola pengasuhanlah yang paling dominan memengaruhinya. "Faktor pengasuhan lebih berperan karena ada kemampuan otak untuk belajar hal baru dan memodifikasi namanya neuroplatisitas," ujar Firman kepada Republika belum lama ini. 

Psikolog di Personality Development Center ini menjelaskan anak akan belajar kemurahan hati dari orang tuanya. Jadi walaupun secara genetik anak punya sifat murah hati namun tanpa pola pengasuhan yang tepat sifat itu sulit muncul. Masa-masa usia emas (golden age) dinilai sebagai masa yang tepat untuk mengajarkan kemurahan hati. 

 

Poin penting yang harus diperhatikan orang tua dalam mengajarkan sifat berbagi adalah jangan sampai ada paksaan. Hindari kalimat seperti 'kamu bagi dong makananmu ke teman-teman nanti kalau tidak mama marah'. "Jangan paksa anak berbagi karena asosiasi otak yang muncul kemurahan hati adalah sesuatu yang tidak menyenangkan," tegasnya.

Buatlah sikap berbagi sebagai sesuatu yang nyaman karena anak kecil punya egosentrisme yang tinggi. Beri apresiasi ketika anak mau memberikan sesuatu yang ia miliki. Contohnya dengan kalimat pujian 'Wah terima kasih ya kamu mau berbagi. Teman-teman yang lain pasti senang menerimanya'. 

Selain itu, jangan menjelaskan konsep berbagi dengan cara yang abstrak. Ikhlas adalah konsep yang masih abstrak buat anak. Orang tua perlu membuat asosiasinya. Kalimat seperti 'Ayah dan bunda ingin kamu bisa berbagi dengan ikhlas karena ingin yang terbaik buat kamu' tidak tepat. Ini karena otak anak belum paham apa itu makna ikhlas dan terbaik. 

Seharusnya berilah penjelasan yang realistis agar buah hati kita mudah mengerti alasan mengapa ia harus bermurah hati. "Contoh mudahnya ketika terjadi bencana alam. Orang tua menjelaskan perlunya menolong korban karena pakaian dan harta benda mereka sudah tidak ada. Jadi apa yang kita berikan akan meringankan beban para korban," kata Firman. 

Seberapa tertarik Kamu untuk membeli mobil listrik?

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement