Selasa 18 Dec 2018 12:01 WIB

Sutradara Maksudkan Film Laut Sebagai Dongeng Modern

Penonton bebas menafsirkan apa dan siapa tokoh Laut.

Rep: Shelbi Asrianti/ Red: Indira Rezkisari
The Man from the Sea (Laut).
Foto: Dok Nikkatsu/Kaninga Pictures
The Man from the Sea (Laut).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Film The Man from the Sea (Laut) segera tayang di bioskop Indonesia pada awal 2019. Sineas Jepang yang menyutradarai film, Koji Fukada, memaksudkan sinema bergenre drama fantasi itu sebagai semacam dongeng modern.

Tayangan berdurasi 107 menit itu berkisah tentang seorang lelaki misterius yang muncul dan terdampar di pesisir pantai sekitar Banda Aceh, Indonesia. Warga sekitar yang tidak mengetahui identitas pria itu menjulukinya dengan nama Laut (Dean Fujioka).

"Penonton bebas menafsirkan apa dan siapa tokoh Laut. Setiap orang tentunya memiliki perasaan dan pikiran yang berbeda, semoga masing-masing bisa menemukan diri dan bercermin lewat karya ini," kata Fukada pada pemutaran film khusus media di Jakarta, Senin (17/12).

Fukada memilih kondisi Aceh pascabencana tsunami pada 2004 sebagai latar cerita. Hal itu dianggap sebagai benang merah kisah, mengingat Indonesia dan Jepang sama-sama rawan mengalami bencana alam, salah satunya tsunami.

Namun, Fukada tidak menghadirkan itu lewat visual lugas. Tidak ada dokumentasi perihal bencana yang dimasukkan dalam keseluruhan durasi film. Dia hanya menyelipkan lewat dialog pemeran atau melalui bangunan peninggalan tertentu.

Sejumlah tokoh diperankan aktor-aktris dari Indonesia dan Jepang. Ada Ilma (Sekar Sari) dan Kris (Adipati Dolken), muda-mudi Aceh penyintas bencana. Ada pula warga Jepang yang bekerja untuk pemulihan bencana, Takako (Mayu Tsuruta) dan putranya, Takashi (Taiga).

Menurut Fukada, film keenam yang dia garap ini sangat istimewa. Dia menulis skenario dari ide awal tentang seorang pria yang kehilangan ingatan dan datang dari laut. Ide dikembangkan dengan inspirasi dari novel Mark Twain tentang anak lelaki yang ajaib.

Saat melakukan riset pada 2011 di Aceh, Fukada menjumpai banyak hal tidak terduga. Salah satunya, dia berjumpa dengan seorang pria yang trauma setelah kehilangan anak istrinya akibat tsunami. Kisah haru itu dia sisipkan pada beberapa adegan.

"Cerita ini bisa menjadi pengingat mengenai hubungan manusia dengan alam, bagaimana kita menanggapi bencana alam, juga konsep kehidupan dan kematian. Setiap orang punya ruang perspektif untuk memaknainya," ungkap Fukada.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement