Kamis 06 Dec 2018 08:21 WIB

Alasan Sebenarnya Penumpang Pesawat Dilarang Bawa Cairan

Cairan yang jumlahnya melebihi 100 mililiter akan berakhir di tempat sampah.

Rep: Christiyaningsih/ Red: Ani Nursalikah
Calon penumpang pesawat di bandara.
Foto: Antara/R. Rekotomo
Calon penumpang pesawat di bandara.

REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Pemeriksaan penumpang di bandara bisa dibilang sebagai pemeriksaan terketat dibanding moda transportasi lain. Saat akan memasuki gerbang pemeriksaan keamanan, jam tangan dan sabuk bahkan wajib dilepas. Botol berisi cairan atau air minum dalam jumlah banyak niscaya akan berakhir di tempat sampah.

Padahal, bekal air minum sangat diperlukan apabila penumpang akan menempuh penerbangan dalam waktu lama. Tahukah Anda apa yang mendasari pembatasan air minum atau cairan yang boleh dibawa penumpang pesawat? Jawabannya diungkap dalam serial Netflix berjudul Terrorism Close Calls.

Di Amerika Serikat (AS), Transportation Security Administration (TSA) menerapkan aturan 3-1-1 sejak 2006 kepada seluruh penumpang pesawat. Artinya, setiap penumpang hanya diizinkan membawa air dengan volume maksimal 3,4 ons atau sekitar 90 mililiter. Air atau cairan tersebut hanya boleh ditempatkan di satu tempat dan setiap penumpang hanya diizinkan membawa satu botol saja.

"Pembatasan jumlah cairan yang bisa dibawa ke pesawat adalah hasil dari operasi intelijen Operation Overt," kata Steve Hersem kepada Mental Floss.

Hersem adalah mantan deputi direktur di divisi Community Human Intelligence CIA. Operation Overt adalah terminologi yang digunakan untuk menggagalkan usaha Abdulla Ahmed Ali. Ali adalah warga Inggris yang dikenal berafiliasi dengan kelompok radikal dan teroris. Jejaknya tercium karena Ali kerap bepergian ke Pakistan.

Ketika kembali ke Inggris, otoritas keamanan secara sembunyi memeriksa isi tas Ali. Mereka menemukan kaleng-kaleng minuman soda yang terhubung dengan baterai. Berdasarkan pengintaian dan penyadapan, tim intelejen mendapati pria tersebut punya laboratorium meracik bom di apartemennya.

Tim investigasi pun menyaksikan bagaimana Ali melubangi kaleng minuman soda untuk kemudian diisi dengan cairan yang mudah meledak. Otoritas keamanan pun segera menangkap Ali dan ia divonis penjara seumur hidup. Rencananya, kaleng-kaleng berisi peledak tersebut akan digunakan untuk meledakkan tujuh pesawat yang lepas landas dari London menuju Amerika Utara.

Tindakan Ali bukan satu-satunya alasan. Pada 1994, Ramzi Yousef keponakan dari Khalid Sheikh Mohammed yang menjadi otak tragedi 9/11 mencoba daya ledak benda cair dalam misi Bojinka Plot.

"Bojinka Plot menargetkan penerbangan Philippine Airlines 434 dari Manila ke Tokyo. Akibatnya kejadian tersebut menewaskan penumpang dan menyebabkan lubang besar di tubuh pesawat," jelas Hersem.

Volume maksimal 3,4 ons atau 90 mililiter pun ditentukan bukan tanpa perhitungan. Menurut TSA, jumlah itu adalah jumlah kritis di mana benda cair tidak mungkin menimbulkan ledakan besar.

Ada trik jika Anda ingin air di botol minum ada melewati pos pemeriksaan keamanan. Bekukan saja.

TSA mengizinkan cairan beku melewati pos pemeriksaan, tetapi syaratnya harus benar-benar beku (padat). Jika lembek atau setengah mencair, Anda akan diminta membuangnya.

Cara lain, bawalah botol air minum kosong. Anda bisa mengisinya di tempat pengisian air setelah melewati pos pemeriksaan.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement