REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Orang tua kadang bersikeras mengendalikan anaknya dan ingin terlibat semua kegiatan buah hati, mulai dari sekolah, les biola, hingga latihan sepak bola. Mereka ingin anaknya selalu unggul dan kompetitif di seluruh bidang.
Sebuah studi 2011 diterbitkan dalam Journal of Child and Family Studies menemukan mendaftarkan anak dalam banyak kegiatan ekstrakurikuler tak menjamin anak lebih bahagia, lebih sehat, dan lebih sukses. Anak terlalu bergegas dari aktivitas satu ke aktivitas berikutnya yang kerap melelahkan, menguras tenaga, juga uang.
Berikut adalah bahaya menjadi orang tua yang terlalu mengontrol anak, dilansir di Verywell Family, Senin (3/12).
Kreativitas anak dibatasi
Orang tua kadang memilihkan sendiri kegiatan apa yang bagus untuk anak-anaknya tanpa menanyakan serius keinginan anak sesungguhnya. Buah hati seharusnya dibiarkan mengeksplorasi minat bakatnya. Anak perlu dibiarkan memecahkan masalah sendiri, sebelum dibantu orang tua.
Anak mudah cemas
Anak yang biasa dikontrol orang tua justru mudah merasa cemas jika suatu ketika orang tua tak berada di sampingnya. Ini karena anak terbiasa bertanya dan meminta saran dari orang tua, serta tak biasa mencari solusi sendiri.
Orang tua yang terlalu mengontrol anak justru cenderung memiliki anak-anak yang gugup. Ketimbang terus membayangkan hal-hal buruk terjadi pada anak, usahakan memberi mereka kebebasan untuk menjadi anak-anak.
Anak takut berbuat salah
Jika Anda terus memantau setiap langkah anak, anak mungkin akan takut membuat kesalahan. Padahal kesalahan bisa menjadi pelajaran hebat dan membantu anak berani menghadapi kegagalan.
Anak yang terlalu dikontrol orang tua mungkin berpikir berbuat salah itu buruk. Dia pun mencoba menutupi kesalahan yang dilakukan.
Ajari anak berbuat salah itu normal. Bicarakan pentingnya bertanggung jawab atas perilaku dan tunjukkan padanya yang namanya manusia pasti pernah berbuat salah.
Masalah kesehatan mental
Anak-anak yang terlalu dikendalikan orang tua berisiko tinggi memiliki masalah kesehatan mental. Depresi dan kecemasan dapat terjadi ketika orang tua menuntut anak patuh dan anak tak memiliki kebebasan mengekspresikan diri.
Studi 2013 yang diterbitkan Journal of Social and Clinical Psychology menemukan anak-anak dengan orang tua yang suka mengontrol tak bisa berjuang menghadapi kecemasan dan stres saat beranjak dewasa.