REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Campak dan pneumonia pada dasarnya merupakan dua penyakit yang berbeda. Campak merupakan penyakit yang sangat menular dan disebabkan oleh virus. Salah satu ciri dari penyakit campak adalah adanya ruam merah yang menyebar di wajah dan tubuh.
Di sisi lain, pneumonia merupakan radang akut pada jaringan paru dan sekitarnya yang bisa disebabkan oleh berbagai virus, bakteri atau jamur. Pneumonia merupakan infeksi saluran pernapasan akut (ISPA) yang paling berat dan dapat menyebabkan kematian. Penyakit ini dapat disebabkan oleh beragam bakteri, virus maupun jamur.
Meski campak dan pneumonia merupakan dua penyakit berbeda, campak pada anak dapat meningkatkan risiko terjadinya pneumonia. Spesialis anak konsultan dr Darmawan Budi Setyanto SpA(K) mengatakan ada dua cara yang membuat anak dengan campak dapat mengalami pneumonia.
"Kuman campak bisa langsung menyebabkan pneumonia, atau anak campak bisa lebih mudah terkena komplikasi pneumonia," jelas Darmawan saat ditemui di kantor IDAI, Jakarta.
Spesialis anak konsultan Dr dr Nastiti Kaswandani SpA(K) mengatakan, campak bisa berkembang menjadi pneumonia karena campak menyerang mukosa di dalam tubuh, termasuk mukosa saluran pernapasan. Mukosa merupakan lapisan dalam dari seluruh saluran yang ada di tubuh.
Bila terjadi peradangan di mukosa saluran pernapasan, akan terjadi kerentanan terhadap virus penyebab campak maupun bakteri-bakteri lain. Kerentanan ini membuat pasien campak menjadi lebih mudah terkena pneumonia, baik pneumonia yang disebabkan virus campak maupun bakteri lain.
Untuk mencegah agar hal ini tidak terjadi, penting bagi anak untuk mendapatkan imunisasi yang benar dan lengkap. Salah satunya adalah dengan melakukan imunsiasi campak pada anak.
Selain imunisasi campak, ada beberapa imunisasi lain yang perlu diberikan kepada anak demi mencegah pneumonia. Imunisasi ini meliputi imunisasi pertusis (DPT), pneumokokus (PCV), Haemophilus influenzae tipe b (Hib) dan influenza.
Anak yang sudah mendapatkan imunisasi secara lengkap akan memiliki kekebalan terhadap bakteri atau virus penyebab pneumonia. Dengan begitu, risiko pneumonia pada anak pun akan menurun.
IDAI merekomendasikan imunisasi Hib dengan jadwal pemberian pada umur 2 bulan, 2 bulan 3 bulan. Setelah itu dilanjutkan dengan pemberian imunisasi penguat pada umur 15-18 bulan. Indonesia sudah menerapkan imunisasi Hib dalam bentuk vaksin pentavalen dalam Program Imunisasi Nasional sejak 2013.
Sedangkan imunisasi pneumokokus (PCV) direkomenasikan pada umur 2 bulan, 4 bulan dan 6 bulan. Imunisasi penguat diberikan apda umur 12-15 bulan.
Program imunisasi pneumokokus sudah dimulai pada 2017 di Kabupaten Lombok Barat dan Lombok Timur. Pada 2018, program ini diperluas di Kota Mataram, Lombok Utara, lombok Tengah, Pangkal Pinang, Bangka dan Bangka Tengah.
Pneumonia merupakan penyebab kematian utama balita yang sebenarnya dapat diobati dan dicegah. Berdasarkan data UNICEF, diperkirakan ada kasus kematian balita akibat pneumonia tercatat sebesar 17 persen dari total kematian balita di Indonesia. Dengan kata lain, sebanyak 2-3 balita meninggal karena pneumonia setiap jam.