Kamis 22 Nov 2018 06:00 WIB

Psikolog Bagikan Tip Pola Pengasuhan Agar Anak Bahagia

Psikolog mengajak orang tua untuk mencari waktu kebersamaan yang berkualitas

Pola pengasuhan helikopter diciptakan orang tua yang menginginkan anaknya bahagia. Fenomena ini disebut 'Overparenting' dan muncul selama 15 tahun ke belakang.
Foto: flickr
Pola pengasuhan helikopter diciptakan orang tua yang menginginkan anaknya bahagia. Fenomena ini disebut 'Overparenting' dan muncul selama 15 tahun ke belakang.

REPUBLIKA.CO.ID, MAKASSAR -- Psikolog Elizabeth Santosa pada kampanye "Grow Happy" di Makassar berbagi tips pola mengasuh anak kepada sejumlah orang tua agar tercipta lingkungan yang dapat membuat anak merasa bahagia.

"Pada umumnya para arang tua sudah mengerti teori pentingnya mendukung anak tumbuh bahagia, seperti menghabiskan waktu yang berkualitas dengan anak," ujar Elizabeth Santosa di Makassar, Rabu (21/11).

Ia mengatakan meskipun para orang tua sadar dan mengetahui teori tersebut, namun yang menjadi tantangan adalah bagaimana mewujudkan kondisi tumbuh bahagia (grow happy). Dia menyebutkan banyak orang tua yang masih belum bisa memaksimalkan keterlibatan mereka bersama anak-anak meskipun telah susah payah menyisihkan waktu.

"Secara teori banyak yang sudah paham, tapi apakah para orang tua mengerti dan menerapkannya juga kepada anak-anaknya. Contoh, orang tua yang menghabiskan waktunya seharian bersama anak, menonton tivi misalnya, tapi belum tentu sang anak senang karena ternyata anaknya hanya ditemani nonton saja," katanya.

Menurut dia, tantangan hidup modern seperti tingkat stres yang lebih tinggi atau interaksi yang intens dengan smartphone (HP) membuat keterlibatan emosional menjadi tantangan baru bagi orang tua.

Elizabeth memberikan tips agar para orang tua lebih terlibat dalam kegiatan anak-anak yakni, tidak fokus pada jenis aktivitas namun waktu kebersamaan yang berkualitas. Kemudian tidak menimbulkan distraksi pada saat melakukan aktivitas bersama anak.

"Buatlah agar anak-anak merasa nyaman dan jangan ada distraksi seperti mengalihkan perhatian kita sebagai orang tua pada lainnya. Contoh ketika bersama anak, jangan juga kita sibuk dengan dunia kita dengan HP atau gadget. Buatlah anak merasa dirinya paling penting," katanya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement