Rabu 14 Nov 2018 09:28 WIB

Apakah Anak Anda Suka Mencabut Kulit, Rambut, dan Kuku?

Kebiasaan ini jauh lebih kompleks dan perlu dipahami.

Rep: Mutia Ramadhani/ Red: Ani Nursalikah
Anak perempuan stres. Ilustrasi
Foto: Dailymail
Anak perempuan stres. Ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Body-focused Repetitive Behaviors (BFRB) adalah gangguan mental yang mencakup kebiasaan mencabuti kulit, menarik rambut, hingga menggigit atau mengelupaskan kuku. Sayangnya tak semua profesional kesehatan memahami gejala ini.

Bahkan psikolog, psikiater, dan dokter kulit mengatakan kebiasaan tersebut hanya fase perkembangan anak dan akan hilang dengan sendirinya. Psikolog yang mengkhususkan diri untuk perawatan BFRB, Fred Penzel, mengatakan baru-baru ini dia melihat seorang gadis remaja dibawa ke dokter kulit karena banyak bagian kulitnya mengelupas.

Pasien hanya diresep krim topikal steroid. Ada juga yang merekomendasikan orang tua untuk menghukum anaknya setiap kali mengulang perbuatan serupa.

"Tidak ada upaya memahami apa yang sedang terjadi atau mendiagnosisnya dengan benar," kata Penzel, dilansir di Psychology Today, Rabu (14/11).

Penzel menyarankan profesional medis untuk memperhatikan 10 hal berikut jika melihat pasien dengan gejala BFRB. Pertama, jika bertemu anak dengan rambut rontok, jangan segan bertanya apakah mereka mencabutnya sendiri.

Jika ada anak dengan luka parut di kulit, jangan segan menanyakan apakah mereka mengelupaskannya sendiri. Jangan pula terkejut jika jawaban si anak bohong karena dia enggan mengakuinya.

Kedua, perhatikan reaksi Anda saat bertemu pasien dengan gejala BFRB, mulai dari nada suara, bahasa tubuh, ekspresi wajah, dan cara Anda memeriksanya. Cobalah lebih meyakinkan mereka banyak anak remaja lain melakukan hal serupa, namun bukan berarti mereka tidak normal atau tampak buruk.

Ketiga, perempuan dengan gejala BFRB lebih banyak dari laki-laki. Rasionya sembilan berbanding satu.

Keempat, coba meyakinkan orang tua anak bahwa gejala BFRB bukan gangguan serius dan dapat diobati dengan terapi tepat. Cobalah mencegah orang tua anak menyalahkan dirinya sendiri.

Kelima, jangan hanya berasumsi menarik rambut atau mencabuti kuku karena stres atau fase wajar pada anak. Kebiasaan ini jauh lebih kompleks dan perlu dipahami karena bisa bertahan seumur hidup.

Keenam, jangan pula menganggap kebiasaan tersebut karena trauma. Perilaku ini sebagian besar disebabkan masalah sensorik, dan paling sering dilakukan anak ketika mereka bosan, tidak aktif, diremehkan, atau terlalu bersemangat, stres, bahkan terlampau senang.

Ketujuh, pada anak yang suka menarik rambut, tanyakan apakah mereka juga memakan rambutnya? Jika ya, ini bisa mengarah ke pembentukan trichobezoars yang kemudian harus dioperasi karena bisa mengancam keselamatan si anak.

Kedelapan, cobalah mendidik anak BFRB dengan mengumpulkan mereka dalam kelompok kecil, misalnya beranggotakan lima orang. Anda bisa melatih mereka untuk penyembuhan.

Kesembilan, BFRB bisa diobati efektif dengan terapi perilaku komprehensif, namun hanya bisa dilakukan mereka yang berpengalaman dan pelatihan khusus. Bicara biasa, latihan relaksasi, hipnosis sejauh ini kurang efektif. Terakhir, kumpulkan sebanyak mungkin sumber rujukan tentang BFRB dan jangan ragu mengunjungi pusat perawatan yang ada di wilayah Anda.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement