Kamis 08 Nov 2018 13:46 WIB

Kopi Panggang Diyakini Cegah Alzheimer dan Parkinson

Biji kopi mengandung fenilindan yang bisa mencegah alzheimer dan parkinson

Rep: Noer Qomariah Kusumawardhani/ Red: Ichsan Emrald Alamsyah
Pekerja mengemas biji kopi panggang arabica di Basecamp Persaudaraan Gunung Puntang Indonesia (PGPI) Shelter Kopi Sunda Hejo, Gunung Puntang, Kabupaten Bandung, Jawa Barat, Senin (2/10).
Foto: M Agung Rajasa/Antara
Pekerja mengemas biji kopi panggang arabica di Basecamp Persaudaraan Gunung Puntang Indonesia (PGPI) Shelter Kopi Sunda Hejo, Gunung Puntang, Kabupaten Bandung, Jawa Barat, Senin (2/10).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Selama bertahun-tahun, para ilmuwan telah menduga bahwa minum kopi membantu mengurangi kemungkinan terkena penyakit Alzheimer dan Parkinson. Ternyata penelitian tersebut benar adanya.

Dipimpin oleh Dr. Donald Weaver, para ilmuwan Krembil Brain Institute di Kanada membandingkan tiga jenis kopi instan Arabika Starbucks. Yakni, bubuk kopi dari biji kopi yang dipanggang ringan, panggang sampai hitam, dan dipanggang sampai hitam dan kafeinnya dihilangkan.

Dalam uji in vitro (piring kaca), ditemukan dua kopi yang dipanggang hingga gelap sangat efektif dalam menjaga fragmen protein beta amyloid dan tau dari penggumpalan. Penggumpalan fragmen-fragmen di dalam otak ini diyakini menjadi penyebab utama Alzheimer dan Parkinson.

Dari semua senyawa yang dianalisis dalam kopi yang diuji, hanya ada satu yang memiliki fenilindan. Fenilindan memiliki efek anti penggumpalan. Semakin lama kopi dipanggang, semakin besar jumlah fenilindan yang dikandungnya. Pengaruhnya akan semakin kuat juga.

Seperti yang dilansir dari Newatlas, Rabu (7/11), biji kopi panggang dengan kafein dan tanpa kafein sama-sama memiliki fenilindan yang kuat. Ini menunjukkan kandungan kafein tidak relevan dengan fenilindan.

“Ini pertama kalinya ada orang yang menyelidiki bagaimana fenilindan berinteraksi dengan protein yang bertanggung jawab untuk Alzheimer dan Parkinson,” kata Dr Ross Mancini yang membantu Weaver dalam penelitian.

“Langkah selanjutnya adalah menyelidiki seberapa menguntungkan senyawa ini dan apakah mereka memiliki kemampuan untuk masuk ke dalam aliran darah atau melewati sirkulasi aliran darah dari otak,” ujarnya lagi.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement