REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kekerasan terhadap anak-anak tidak boleh dilakukan oleh siapa pun, termasuk orangtua. American Academy of Pediatrics (AAP) mengatakan, kebiasaan berbahaya itu dapat menghancurkan anak-anak.
Memukul sebagai bentuk disiplin pada anak-anak justru dapat menyebabkan mereka lebih agresif. Mereka pun justru akan semakin jauh untuk mendapatkan pemahaman dari bentuk tanggung jawab dan pengendalian diri.
"Mengalami hukuman fisik membuatnya lebih, tidak kurang, kemungkinan anak-anak akan menjadi menantang dan agresif di masa depan," ujar pernyataan AAP, dikutip dari Time, Selasa (6/11).
AAP pun mencatat efek berbahaya dari pelecehan verbal. Penggunaan hukuman fisik dapat berdampak negatif pada hubungan antara orang tua dan anak.
"Memukul terkait dengan hasil yang merugikan, dan hasil tersebut mirip dengan pada anak-anak yang mengalami kekerasan fisik," ujar APP.
Menurut AAP, memukul tidak mengarah pada peningkatan perilaku dari waktu ke waktu. Kelompok ini mengutip sebuah penelitian yang menemukan anak-anak yang dipukuli lebih dari dua kali sebulan pada usia tiga tahun lebih agresif ketika mereka berusia lima tahun.
Pada saat yang berusia sembilan tahun, anak-anak itu terus menunjukkan perilaku negatif dan skor kosa kata reseptif yang lebih rendah. AAP menyarankan orang tua untuk mengandalkan bentuk disiplin yang lebih sehat, seperti menggunakan penguatan positif, menetapkan batas dan membuat harapan masa depan menjadi jelas. Kelompok ini merekomendasikan untuk tidak menggunakan pukulan, ancaman, penghinaan atau pelecehan untuk menghukum anak-anak.
"Tidak ada gunanya memukul. Kami tahu anak-anak tumbuh dan berkembang lebih baik dengan pemodelan peran positif dan dengan menetapkan batas yang sehat. Kami bisa melakukan yang lebih baik," ujar salah satu penulis penelitian Dr. Robert Sege.