REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA -- Selama ini, cakupan pemberian Air Susu Ibu (ASI) eksklusif masih belum memuaskankan. Padahal kandungan nutrisi dalam ASI sesuai dengan kebutuhan bayi, sehingga menjamin status gizi bayi baik yang dapat menurunkan kesakitan dan kematian bayi dan anak.
"Sementara itu, hasil riset WHO (Badan Kesehatan Dunia) menyebutkan bahwa kematian balita di dunia sebesar 42 persen dan penyebab terbesar kematian adalah malnutrisi sebesar 58 persen," kata dosen Politeknik Kesehatan (Poltekkes) Kementerian Kesehatan Yogyakarta, Dwiana Estiwidani, Selasa (6/11)
Dani (red. panggilan akrab Dwiana Estiwidani) mengungkapkan persentase cakupan ASI eksklusif di Indonesia periode 2010-2013 mengalami fluktuatif. Yakni 15,3 persen di 2010, 42 persen di 2011, dan turun menjadi 27,5 persen pada 2012 , kemudian meningkat lagi 2013 menjadi 54,3 persen.
Sementara di DIY, cakupan pemberian ASI pada 2013 menduduki peringkat ketujuh dengan persentase 67,9 persen. Rata-rata cakupan pemberian ASI eksklusif di 2013 sebesar 66,08 persen, 2014 sebesar 70,79 persen, dan 2015 sebesar 71,62 persen.
Ia mencatat, cakupan ASI eksklusif tertinggi di Kabupaten Kulonprogo 74,97 persen dan terendah di Kabupaten Gunungkidul sebesar 58,52 persen. Menurut Dani, ada banyak faktor yang menghambat pemberian ASI eksklusif.
Di antaranya timbul masalah dalam menyusui, ibu kembali bekerja, kurang dukungan suami dan tenaga kesehatan, dan peran negatif orangtua/mertua untuk segera memberikan makanan tambahan sebelum bayi berusia enam bulan.
"Berdasarkan data dari UNICEF 2010 menunjukkan sekitar 17.230.142 ibu menyusui di dunia mengalami masalah seperti puting susu lecet, pembengkakan payudara karena bendungan ASI dan mastitis," jelas Dani.
Ibu dari tiga anak ini pun mengaku meskipun sebagai bidan juga mengalami pembengkakan payudara saat menyusui. Ia juga mengutip sebuah penelitian yang dilakukan para peneliti dari Fakultas Gizi Masyarakat IPB pada 2012 menemukan ibu mengalami masalah menyusui dan membuat ibu merasa panik.
Masalah tersebut sebanyak 22,5 persen mengalami puting susu lecet, 42 persen mengalami pembengkakan payudara karena bendungan ASI, 18 persen mengalami penyumbatan ASI, satu persen mengalami mastitits, dan 6,5 persen mengalami abses payudara.
Bahkan 38 persen wanita di dunia tidak menyusui bayinya dengan alasan mengalami pembengkakan payudara. Sedangkan dari SDKI 2008-2009 menunjukkan bahwa 55 persen ibu menyusui mengalami mastitis dan puting susu lecet karena kurangnya perawatan payudara.
"Dapat disimpulkan masalah menyusui paling banyak adalah pembengkakan payudara karena bendungan ASI yang menyebabkan ASI tidak keluar dengan lancar," ujarnya.