Jumat 02 Nov 2018 15:30 WIB

Apa yang Terjadi Ketika Anak Telantar Beranjak Remaja?

Anak telantar rentan alami masalah kognitif, depresi, perilaku menyimpang dan ADHD

Rep: Mutia Ramadhani/ Red: Ichsan Emrald Alamsyah
   Seorang anak pengungsi berdiri di belakang pompa air di sebuah kamp pengungsi bagi warga muslim yang terlantar akibat aksi kekerasan awal tahun ini luar Sittwe, Myanmar,  Selasa (30/10).   (Soe Zeya Tun/Reuters)
Seorang anak pengungsi berdiri di belakang pompa air di sebuah kamp pengungsi bagi warga muslim yang terlantar akibat aksi kekerasan awal tahun ini luar Sittwe, Myanmar, Selasa (30/10). (Soe Zeya Tun/Reuters)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Banyak anak migran dan telantar terpisah dari orang tuanya. Mereka berakhir di tempat-tempat penampungan atau panti sosial dan sering mengalami stres.

Sekelompok peneliti mencoba mencari tahu apa yang terjadi ketika anak-anak telantar ini beranjak remaja dengan mengambil sampel anak-anak panti asuhan di Rumania melalui Bucharest Early Intervention Project (BEIP). Peneliti mencari tahu risiko psikis dan sosial dalam jangka panjang ketika anak kecil terpisah dari orang tuanya.

Tim BEIP menemukan anak-anak terlantar ini berisiko masalah kognitif, depresi, kecemasan, perilaku menyimpang, dan attention-deficit hyperactivity disorder (ADHD). Tim juga menemukan anak-anak terlantar yang diasuh keluarga baik-baik sejak dini berisiko lebih kecil terkena gangguan psikis dan sosial.

Penelitian yang dipimpin Mark Wade dan Charles Nelson dari Division of Developmental Medicine di Boston Children's Hospital melibatkan 220 anak sebagai responden. Sebanyak 119 anak pernah menghabiskan masa kecilnya di tempat-tempat penampungan dan separuhnya lagi di panti asuhan.

Mereka diminta menyelesaikan kuisioner kesehatan dan perilaku selama beberapa tahun, mencakup subskala depresi, kecemasan berlebihan, menarik diri dari pergaulan sosial, perilaku suka menentang, mencari masalah, menyerang terang-terangan, dan ADHD. Peneliti menemukan anak yang diadopsi keluarga baik-baik dengan pengasuhan berkualitas sejak usia dini tidak terlalu menunjukkan perilaku-perilaku di atas.

Perbedaan signifikan terlihat pada anak-anak yang berusia 12-16 tahun. Peneliti menganggap temuan ini menekankan pentingnya menjaga keutuhan dan kebersamaan dalam keluarga.

"Hasil penelitian kami menambah literatur tentang apa yang mungkin terjadi pada psikologis anak dalam jangka panjang ketika mereka terlantar atau tidak mendapat pengasuhan orang tua di usia-usia awal perkembangannya," kata Wade, dilansir dari Science Daily, Jumat (2/11).

Meski gambaran ini sangat kompleks, peneliti mengetahui kelalaian pengasuhan di awal perkembangan anak berisiko masalah kesehatan mental di kemudian hari. Kabar baiknya, jika anak-anak ini ditempatkan pada keluarga baik-baik dengan pengasuhan baik, maka risiko di atas berkurang.

"Yang dibutuhkan saat ini adalah kebijakan dan program sosial mencegah pemisahan anak dari orang tua dan mengutamakan pengasuhan orang tua," kata Wade.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement