Kamis 25 Oct 2018 19:10 WIB

Ibu, ini Bahayanya Anak Kekurangan Protein

Kekurangan protein bisa mengakibatkan daya kognitif rendah dan stunting

Rep: Santi Sopia/ Red: Ichsan Emrald Alamsyah
Ibu dengan anaknya/ilustrasi.
Foto: Republika/Wihdan Hidayat
Ibu dengan anaknya/ilustrasi.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kecukupan gizi penting di fase kritis tumbuh kembang anak. Salah satu nutrisi penting untuk mendukung tumbuh kembang ini adalah mengonsumsi protein seimbang, baik nabati maupun hewani.

Namun, banyak orang tua atau para ibu yang mengenyampingkan salah satu di antara kedua protein ini. Padahal keduanya sangat berperan, tidak hanya bisa berat sebelah. 

Protein hewani, bisa didapat dari susu, telur, maupun daging-dagingan. Sementara, protein nabari berasal dari tumbuh-tumbuhan, termasuk kacang-kacangan.

Lantas, apa dampaknya jika anak kekurangan protein? Prof. Dr. Ir. Made Astawan, MS, Guru Besar Departemen Ilmu dan Teknologi Pangan Fakultas Teknologi Pertanian Institut Pertanian Bogor (IPB) mengatakan gizi salah akibat kurang protein bisa menghambat perkembangan otak maupun pertumbuhan fisik. "Dampaknya ada dampak pendek dan dampak jangka panjang," kata Made di Jakarta.

Kekurangan protein bisa mengakibatkan daya kognitif rendah, dan stunting atau tubuh pendek. Belum lagi dampang panjangnya, seperti hipertensi, diabetes, obesitas hingga stroke. 

Karena itu, sangat penting bagi tubuh menerima aneka ragam pangan bernutrisi, termasuk protein. Masa janin sampai remaja adalah masa tumbuh kembang. Pada masa ini, anak membutuhkan beberapa faktor agar bisa tumbuh kembang dengan optimal, di antara faktor nutrisi yang sangat berperan.

Menurut Organisasi Pangan yang berada di bawah naungan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) atau lebih dikenal Food and Agricultural Organization (FAO), saat ini sekitar 815 juta penduduk dunia masih mengalami masalah kelaparan. Dalam data Global Health Index 2018, Indonesia menempati posisi ke-73 dan 119 negara yang berada pada level serius dengan poin 21,9. 

FAO juga mengajak masyarakat dunia untuk lebih meningkatkan konsumsi berbahan dasar sayuran sebagai sumber altenatif protein, salah satunya kacang-kacangan. Sedangkan dalam program Gerakan Masyarakat Kementerian Kesehatan (Kemenkes) maupun piramida makanan, rasio idealnya untuk mendukung gizi seimbang, yaitu setengah buah dan sayur, seperempat karbohidrat dan seperempat protein per porsi makan dalam sehari. Rasio ideal untuk protein adalah 1:1 . 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement