Rabu 24 Oct 2018 18:36 WIB

Beri Makan Anak Harus Beragam Agar Gizi Seimbang

Anak harus mendapat protein dengan rasio ideal 1:1 hewani dan nabati

Rep: Santi Sopia/ Red: Ichsan Emrald Alamsyah
Menkes mengimbau para ibu agar memberikan dorongan gizi dan nutrisi sampai anak berumur seribu hari kehidupan.
Foto: Republika/Wihdan Hidayat
Menkes mengimbau para ibu agar memberikan dorongan gizi dan nutrisi sampai anak berumur seribu hari kehidupan.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Masa janin sampai remaja adalah masa tumbuh kembang. Pada masa ini, anak membutuhkan beberapa faktor agar bisa tumbuh kembang dengan optimal.

Apa saja faktor yamg mempengaruhi itu? Ahli Gizi Klinis, Dr. Ida Gunawan M.S., Sp.GK-K mengatakan sejumlah faktor itu bisa dari genetik, lingkungan, nutrisi, kesehatan, pola asuh dan stimulasi. 

Namun, faktor nutrisi menjadi salah satu faktor sangat berperan untuk menghasilkan generasi bangsa terbaik. "Nutrisi lengkap dan seimbang, sekali makan tidak boleh hanya satu macam, harus mengandung semua yang dibutuhkan tubuh," ujar Ida di Jakarta, Rabu (24/10).

Semua nutrisi yang dibutuhkan itu, seperti di antaranya, karbohidrat, protein, gula, garam, lemak, buah, sayur yang kesemuanya ada pada piramida makanan. Dalam program Gerakan Masyarakat (Germas) Kememterian Kesehatan, porsi gizi seimbang setiap makan terdiri dari setengah buah, sayur, seperempat karbohidrat, dan seperempat protein.

Khusus protein, rasio idealnya 1:1 protein hewani dan nabati. Protein mengandung nilai biologi tinggi yang baik untuk tumbuh kembang. "Makan itu harus bervariasi supaya saling melengkapi apa yang dibutuhkan tubuh. Jangan misalnya protein dari daging doang, dari nabati juga perlu," tuturnya.

Makanan anak sangat bergantung bagaimana orang tua mengenalkan kepada anak sedini mungkin. Bila anak tidak mau makan sayur dan buah, boleh jadi ini akibat salah orang tua.

Kadang-kadang anak juga menjadi picky atau memilih-milih makanan. Karena itu, orang tua harus pandai mencari alternatif. Menurut Ida, anak biasanya lebih banyak trrtarik pada visual, sementara soal rasa tidak terlalu peduli. 

"Maka orangtua kenalkan. tambahkan sedikit. Lam-lama dia akan mencari, ortunya harus komunikatif. Olahlah menu, kalau bikin buat anak, jangan bikin seperti di rumah sakit atau penjara, yang kreatif," ujarnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement