REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Mendidik anak bukanlah perkara yang mudah. Tidak sedikit orangtua menerapkan metode yang tidak tepat saat mendidik sehingga baik orangtua maupun anak sama-sama tidak merasakan kebahagiaan.
Praktisi pendidikan anak, Edy Wiyono atau lebih dikenal dengan sapaan Ayah Edy mengatakan pandangan orangtua terhadap sosok anak menjadi penentu kebahagiaaan. Jika orangtua keliru mengartikan makna dari seorang anak bisa jadi kebahagiaan sulit dicapai.
"Apa yang ada dipikiran itu penentu reaksi bahagia," ujar Edy.
Menurut Edy, bahagia bisa dirasakan jika orangtua mengartikan anak sebagai guru karena memang pada dasarnya, anak merupakan tempat belajar bagi orangtua. Dari anak, orangtua belajar untuk dapat memahami, sabar, hingga jujur pada diri sendiri. Jika orangtua menyadari ini, apapun yang dilakukan oleh anak, orangtua akan memberikan reaksi yang positif.
Agar merasakan bahagia saat mendidik anak, orangtua juga harus memahami bahwa setiap anak memiliki keunikan dan tidak selalu sama dengan anak lainnya. Keunikan ini selayaknya difasilitasi oleh orangtua bukan justru dianggap salah. Menurut Edy, biasanya seorang anak yang tidak memiliki kemampuan yang sama dengan anak lainnya dianggap bermasalah.
Edy menjelaskan, saat ini banyak ditemukan orangtua atau pun pengajar yang melabeli anak 'bodoh' jika tidak bisa mengerjakan baca tulis hitung. Padahal, mungkin saja anak memiliki kemampuan dan potensi dibidang lain yang tidak diketahui dan diabaikan oleh orangtua. Dengan memahami, kebutuhannya, anak akan merasa bahagia begitu pun orangtuanya.
Orangtua harus menanamkan dalam pikirannya bahwa tidak ada anak yang bermasalah. Ketika anak dianggap bermasalah, maka sumber utamanya adalah dari orangtua. "Jika orangtua merasa anaknya bermasalah, maka bercerminlah pada diri sendiri apakah orangtua bermasalah atau tidak," kata Edy.
Pada dasarnya anak yang dilahirkan ke dunia itu seperti kertas putih polos yang kemudian terisi karena informasi yang dapatkan anak dari orangtuanya. Saat orangtua mengajarkan dengan cara kekerasan atau anak pernah melihat orangtuanya melakukan kekerasan, hal itu akan terekam oleh anak sehingga anak melakukan hal yang sama seperti yang dilakukan orangtua.