REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Percaya atau tidak, dari waktu ke waktu selalu ada barang di pesawat yang dicuri oleh penumpang. Alasannya bisa bermacam-macam, mulai dari ingin menyimpan sebagai kenang-kenangan sampai marah karena biaya perjalanan yang terlampau besar.
Seorang mantan pramugari, Joyce Kirby, mengonfirmasi ada saja penumpang yang membawa pulang barang-barang maskapai tanpa izin. Salah satu barang yang menurutnya sangat sering dicuri penumpang adalah pelampung darurat.
"Usai penerbangan, kami harus memeriksa setiap kursi untuk memastikan semua pelampung masih ada di tempatnya masing-masing," kata Kirby yang sekarang menjalankan agen tur sendiri di Palm Coast, Florida, seperti dikutip dari laman Traveller, Kamis (18/10).
Memang belum ada survei khusus yang mengungkap seberapa masif praktik 'pencurian' barang di pesawat terbang. Maskapai pun enggan melaporkan kepada publik mengenai barang apa yang kerap hilang karena dianggap sebagai informasi internal.
Namun, beberapa penumpang mengakui pernah membawa barang tertentu dari pesawat. Salah satunya Clemens Sehi, penulis Jerman, yang gemar mengoleksi 250 kantung muntah dari 50 maskapai penerbangan. Menurut dia, hal itu semacam tradisi setiap menumpang pesawat.
Kantung muntah mungkin masih sepele, sementara penumpang lain menyelipkan alat makan ke dalam tas, mulai dari garpu, pisau, sendok, bahkan tempat garam dan merica. Jika beruntung, sebenarnya ada maskapai penerbangan yang memperbolehkan hal itu.
Beberapa barang yang dicuri terkadang tidak jelas akan digunakan untuk apa oleh penumpang. Misalnya, plakat peringatan bertuliskan "Life Vest Under Your Seat", nampan makanan, atau emblem berbentuk sayap yang dicomot begitu saja dari seragam pramugari.
Pelancong lain, Simah Etgar, mengakui dirinya suka mengambil bantal dan selimut dari tiap penerbangan. Perempuan itu tidak merasa bersalah sebab dia menyalurkan selimut dan bantal yang dicuri ke sekolah anak-anak tidak mampu di Raisinghnagar, India, tempatnya mengajar.