REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- World Custom Organization mengungkapkan bahwa nilai pemalsuan produk makanan di dunia mencapai 49 miliar dolar Amerika per tahun atau sekitar Rp 744 triliun. Dari beragam produk ini, ada tiga jenis makanan dan minuman yang paling banyak dipalsukan di dunia.
Ketiga jenis makanan dan minuman tersebut adalah minyak zaitun, susu dan madu. "Ini data global, data yang diolah di Amerika dari 1980 sampai 2010," ungkap advisor untuk Kedutaan Besar Selandia Baru di Indonesia sekaligus analis kesehatan masyarakat Roy Sparringa saat ditemui usai peluncuran Manuka Honey di Jakarta, Rabu (10/10).
Roy mengatakan ada banyak cara yang dilakukan oknum-oknum tak bertanggungjawab untuk memalsukan suatu produk. Beberapa cara di antaranya adalah mengencerkan produk hingga menambahkan bahan tertentu demi meraup keuntungan yang lebih besar.
Roy mengatakan tidak semua produk makanan atau minuman palsu bermasalah dengan faktor keamanan pangan. Akan tetapi, produk-produk palsu ini akan merugikan konsumen karena konsumen tidak mendapatkan produk yang sesuai dengan seharusnya.
Salah satu contoh pemalsuan produk yang cukup menghebohkan adalah susu melamin. Untuk membuat kesan kandungan protein yang tinggi, produk susu palsu dari Cina dicampurkan dengan melamin.
"Melami bukan protein ya, tapi melamin kan berbahaya (jika dikonsumsi), bisa berdampak buruk," lanjut Roy.
Bagi masyarakat awam, membedakan produk makanan atau minuman asli dengan produk palsu mungkin cukup sulit. Namun produk palsu bisa dihindari dengan cara meningkatkan kehati-hatian saat membeli produk. Salah satu caranya adalah dengan memperhatikan detail produk, asal produk hingga harga jual.
"(Misalnya) kalau minyak zaitun murah, mestinya curiga. Tapi tidak menjamin juga kalau dia jual (produk palsu) dengan harga tinggi," jelas Roy.