Rabu 03 Oct 2018 18:53 WIB

Peneliti Temukan Senyawa Perlambat Penuaan

Senyawa Fisetin banyak ditemukan dalam buah dan sayuran untuk menahan penuaan kulit

Rep: Dwina Agustin/ Red: Ichsan Emrald Alamsyah
Zat antipenuaan banyak ditemukan dalam buah dan sayuran
Foto: Republika/Wihdan Hidayat
Zat antipenuaan banyak ditemukan dalam buah dan sayuran

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Seiring bertambahnya usia, maka akan ditemukan sel-sel yang rusak semakin banyak. Ketika sel-sel mencapai tingkat kerusakan tertentu mereka mengalami proses penuaan mereka sendiri, yang disebut penuaan sel. 

Sel-sel itu juga melepaskan faktor-faktor peradangan yang memberi tahu sistem kekebalan untuk membersihkan sel-sel yang rusak. Sistem kekebalan tubuh orang yang lebih muda mampu membersihkan sel-sel yang rusak. 

Namun, seiring bertambahnya usia, kondisi tersebut tidak berjalan secara efektif. Dengan begitu, sel yang rusak ini mulai berakumulasi, menyebabkan peradangan tingkat rendah dan melepaskan enzim yang dapat menurunkan jaringan.

Untuk menangani masalah itu, peneliti yang terdiri Paul D. Robbins dan Laura J. Niedernhofer dan peneliti Mayo Clinic James L. Kirkland dan Tamara Tchkonia telah menemukan produk alami Fisetin. Senyawa tersebut dapat ditemukan dalam banyak buah dan sayuran dan memiliki manfaat untuk menahan penuaan kulit.

"Fisetin adalah senotherapeutic yang memperpanjang kesehatan dan umur," ujar studi yang diterbitkan dalam EBioMedicine, dikutip dari sciencedaily, Rabu (3/10).

Penelitian yang terbit di Nature Medicine menyatakan, Fisetin mengurangi tingkat sel-sel yang rusak di dalam tubuh. Hal ini menjadi terobosan baru untuk membuat kulit di usia senja tidak cepat mengalami kerusakan.

Riset dengan bantuan Fakultas Kedokteran University of Minnesota tersebut menemukan hasil tersebut dengan mengobati tikus menjelang akhir kehidupan. Hewan itu diberikan fisetin dan terlihat peningkatan dalam kesehatan dan rentang hidup. Makalah, 

"Hasil ini menunjukkan bahwa kita dapat memperpanjang periode kesehatan, yang disebut healthspan, bahkan menjelang akhir kehidupan. Tapi masih banyak pertanyaan yang harus dijawab, termasuk dosis yang tepat, misalnya," kata Robbins.

Di bawah bimbingan profesor di Departemen Kimia di College of Science and Engineering di University of Minnesota Edgar Arriaga, tim menggunakan cytometry massa atau CyTOF, teknologi dan menerapkannya untuk pertama kalinya dalam penelitian. "Selain menunjukkan obat itu bekerja, ini adalah demonstrasi pertama yang menunjukkan efek obat pada bagian tertentu dari sel-sel yang rusak dalam jaringan tertentu," Kata Robbins.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement