REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sebagian ahli gizi menyarankan diet bersih dengan makan makanan utuh dan menghindari makanan olahan yang berpengawet. Namun, apa jadinya jika Anda terlalu fokus pada makanan utuh dan membatasi asupan makanan lainnya? Ternyata ada istilah untuk kondisi ini, yaitu orthorexia nervosa.
Orthorexia adalah gangguan makan yang membuat seseorang begitu terobsesi dengan makanan sehat. Dia memfokuskan seluruh tenaganya untuk mengontrol makanan yang dikonsumsi. Kondisi ini mirip dengan bulimia atau anoreksia nervosa. Hal yang membedakan adalah penderita orthorexia fokus menghabiskan waktu untuk memikirkan apa yang mereka makan, sementara anoreksia fokus pada jumlah makanan yang masuk ke tubuhnya.
Apa saja gejalanya?
Dilansir dari Men's Health, Senin (1/10), National Eating Disorders Association (NEDA) memaparkan tujuh tanda orthorexia nervosa. Pertama, seseorang begitu terobsesi memeriksa label nutrisi dan bahan-bahan makanan. Kedua, menghindari atau mengurangi signifikan banyak kelompok makanan, seperti gula, karbohidrat, produk susu, daging, dan produk hewani lainnya.
Ketiga, suka mengatur pola diet orang lain. Keempat, menghabiskan berjam-jam per hari untuk memikirkan makanan apa yang akan dimakan berikutnya. Kelima, terlalu khawatir ketika makanan aman dan sehat versi dia tidak tersedia.
Keenam, mengikuti seluruh akun media sosial makanan atau nutrisi sehat di Twitter dan Instagram. Ketujuh, merasa bersalah atau membenci diri sendiri ketika menyimpang dari diet ketat yang biasa dilakukan.
Apa risikonya?
Ahli gizi, Brandon Mentore mengatakan kebiasaan ini juga bisa merusak kesehatan usus karena kurangnya keragaman bakteri dalam usus. Penderita orthorexia bisa mengalami disfungsi pencernaan, kepanikan, dan perubahan suasana hati.
Bagaimana cara mengobati orthorexia?
Pertama, belajar fleksibel terkait menu makan. Setiap pekan, cobalah memasukkan makanan yang tak biasa Anda makan. Jumlahnya tak harus banyak, bisa beberapa gigitan saja, misalnya sepotong cake ulang tahun. Tujuannya adalah untuk menghadapi rasa takut makan makanan tidak sehat.
Kedua, jujur pada diri sendiri. Apakah fokus Anda pada makanan justru mengganggu waktu lain yang seharusnya bisa Anda habiskan lebih baik? Misalnya, waktu bercengkerama dengan pasangan di restoran berkurang hanya karena Anda terlalu lama memesan item menu makanan.
Ketiga, pergi makan bersama orang lain. Jika Anda diundang makan malam atau makan siang bersama oleh teman, jangan langsung bertanya makanan apa yang akan dimakan. Cukup jawab 'ya' dan datang ke lokasi. Penting untuk bersosialisasi dan tidak membiarkan diet Anda menghalangi kehidupan sehari-hari.