REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Dr. Mohammad Kurniawan, Sp.s (K) dari Divisi Neurovaskular & Stroke Departemen Neurologi FKUI-RSCM, mengatakan terapi listrik untuk penyakit stroke belum teruji secara ilmiah. Terapi listrik dipilih sebagian kalangan sebagai alternatif untuk mengobati stroke, kendati hal itu belum dibuktikan secara medis.
"Kalau berbicara terapi, harus bicara bukti ilmiah. Terus terang belum ada bukti ilmiahnya," ucap Dr. Mohammad Kurniawan, Sp.s (K) saat ditemui pada konferensi pers studi XANAP terkait manfaat dan keselamatan penggunaan Rivaroxaban bagi pasien di Jakarta, Kamis (20/9).
Lebih lanjut, ia tidak dianjurkan pasien stroke melakukan terapi listrik. "Kalau bicara logika, mekanisme terapi listrik dengan stroke sama sekali tidak ada hubungannya. Bisa dibilang itu terapi yang tidak kita anjurkan," imbuhnya.
Meskipun ditemui beragam testimoni dari masyarakat yang merasakan perubahan dari terapi listrik terhadap penyakit stroke, namun itu tidak bisa menjadi acuan.
"Tolong dibedakan antara testimoni dengan bukti ilmiah. Mungkin karena stroke ringan atau gejala pendahuluan stroke, setelah terapi 30 menit sembuh. Tapi bisa jadi bulan depannya stroke lagi," tutupnya.