Kamis 20 Sep 2018 14:02 WIB

Tidur di Pesawat Bisa Berdampak Buruk Bagi Kesehatan

Kemampuan tubuh menyamakan tekanan di gendang telinga berkurang ketika tidur

Rep: Shelbi Asrianti/ Red: Ichsan Emrald Alamsyah
Tidur di pesawat membahayakan gendang telinga
Foto: www.manchestereveningnews.co.uk/gettyimages/stockphoto
Tidur di pesawat membahayakan gendang telinga

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Selama penerbangan jarak jauh maupun dekat, penumpang kerap tertidur di pesawat terbang. Hal itu ternyata tidak disarankan oleh para pakar karena bisa berdampak buruk bagi kesehatan. 

Dampak negatif tertidur di ketinggian 36 ribu kaki itu bukan tanpa alasan. Menurut peneliti di Harvard Medical School, kasus tertentu seperti perubahan tekanan mendadak di ketinggian berpotensi merusak pendengaran.

Pasalnya, kemampuan tubuh menyamakan tekanan di gendang telinga jauh berkurang saat tidur. Kegagalan tersebut bisa menyebabkan gangguan pendengaran jangka panjang yang permanen.

Menguap atau menelan dapat meringankan masalah tekanan dengan membuka saluran tipis di telinga yang disebut tabung Eustachian. Tetapi saat sedang tidur dan tidak melakukan tindakan itu, tabung dapat tersumbat.

Saat itulah terjadi barotrauma yang dipicu perbedaan tekanan bagian dalam dan luar gendang telinga. Kondisi tersebut rawan terjadi saat penerbangan atau scuba diving karena perbedaan tekanan udara atau air.

Dalam kasus yang parah, tabung yang terblokir dari waktu ke waktu bisa mengarah pada infeksi. Cairan terkumpul di belakang gendang telinga, menyebabkan nyeri dan masalah pendengaran.

Tindakan pencegahan terbaik adalah berusaha tetap terjaga selama penerbangan. Opsi lain, penumpang bisa mengatur alarm untuk bangun tepat sebelum mendarat, dikutip dari laman Manchester Evening News

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement