REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Para peneliti mengatakan merokok dapat merusak kesehatan jantung dan juga kesehatan otak. Selain itu, penelitian di Seoul National University Hospital di Korea Selatan menunjukkan, merokok juga dapat meningkatkan risiko masalah ingatan di kemudian hari.
Penelitian yang baru dilakukan itu, para peneliti melibatkan lebih dari 46 ribu pria usia 60 dan lebih tua, dari 2006 hingga 2013. Dilansir dari Healthline pada Sabtu (15/9), para peneliti menemukan, pria yang tidak pernah merokok dan berhenti merokok lebih kecil kemungkinannya mengalami demensia. Mereka yang merokok selama masa penelitian akan mengalami peningkatan risiko demensia.
Dibandingkan dengan perokok saat ini, pria yang tidak pernah merokok ialah 19 persen lebih kecil kemungkinannya mengalami demensia pada umumnya. Mereka 18 persen lebih kecil kemungkinannya mengalami penyakit Alzheimer pada khususnya.
Dibandingkan dengan pria yang masih merokok, mereka yang berhenti merokok selama empat tahun atau lebih, 14 persen lebih kecil kemungkinannya terkena demensia secara umum. Mereka 15 persen lebih kecil kemungkinannya terkena penyakit Alzheimer pada khususnya.
Temuan ini semakin menambah banyak penelitian yang menunjukkan, merokok berdampak negatif terhadap kesehatan otak dan memori di kemudian hari. "Gagasan bahwa merokok berdampak pada kesehatan otak Anda dan membuat Anda pada peningkatan risiko penurunan kognitif dan dimensia adalah sesuatu yang telah kita lihat sebelumnya," ujar Direktur Senior operasi medis dan ilmiah Alzheimer Association, Heather Snyder kepada Healthline.
Sebagai contoh, sebuah meta-analisis dari 19 penelitian sebelumnya menemukan, orang yang tidak pernah merokok cenderung tidak mengalami demensia dibandingkan mereka yang saat ini merokok. Demikian juga, penelitian sebelumnya yang menemukan, berhenti merokok dapat menurunkan kemungkinan mengalami penurunan kognitif di masa depan.
“Jadi saya pikir ini hanya menggarisbawahi pesan itu, merokok itu berdampak pada kesehatan otak Anda dalam jangka panjang," kata Snyder.
Berita terkait: Industri Rokok Didorong Diversifikasi Produk