REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Banyak orang percaya bahwa mengonsumsi susu rendah lemah daripada lemak utuh lebih baik bagi kesehatan. Namun hal tersebut ternyata tidak benar. Sebuah penelitian besar yang dilaporkan The Independent, menggunakan susu berlemak ke dalam makanan justru lebih bermanfaat bagi jantung.
Penelitian yang dilakukan para ilmuwan dari Universitas McMaster di Kanada melakukan studi terhadap lebih dari 136 ribu responden. Mereka berasal dari usia antara 35 hingga 70 tahun dan berasal dari 21 negara. Penelitian tersebut diterbitkan dalam jurnal The Lancet. Para responden dikalim selama sembilan tahun mengonsumsi susu sehari-harinya.
Responden dibagi menjadi empat kategori terpisah, yakni mereka yang tidak menyukai susu, mereka yang mengonsumsi kurang satu porsi sehari, mereka yang mengonsumsi satu hingga dua porsi sehari, dan mereka yang minum lebih dari dua porsi sehari. Kemudian responden juga dibagi berdasarkan jenis susu dan memperhitungkan kadar lemak.
Berdasarkan penelitian, responden yang banyak mengonsumsi susu hingga tiga porsi sehari kecil kemungkinannya terkena penyakit jantung. Mereka juga lebih rendah terkena risiko penyakit kardiovaskular atau strok. Namun di samping itu, responden yang mengonsumsi susu berlemak tinggi justru berisiko lebih kecil lagi terkena penyakit jantung.
"Susu rendah lemak sering dikaitkan dengan asumsi mengurangi kolesterol," kata Dr Mahshid Dehghan sebagai Penulis Utama dari penelitian. Namun produk susu tinggi lemak justru mengandung banyak komponen lain, seperti asam amino, vitamin K, kalsium, dan magnesium. Susu tersebut dapat difermentasi dan mengandung probiotik.
Dehghan mengatakan, ia percaya bahwa penelitian ekstensif dari tim peneliti menunjukkan perlunya konsumsi susu secara teratur. Temuan tersebut mendukung konsumsi susu yang bermanfaat terhadap penyakit kardiovaskular, terutama di negara-negara berpenghasilan rendah. Konsumsi susu biasanya jauh lebih jarang dan rendah dibandingkan negara lain.
Menurut para peneliti, konsumsi susu dan yogurt secara teratur memberikan dampak lebih besar pada tingkat kematian. Para profesional kesehatan mungkin menyarankan untuk menghindari susu berlemak karena efek yang merusak dari lemak jenuh. Namun kesimpulan dari penelitian justru sebaliknya. Pembaca tetap diminta bijak memperlakukan penelitian meskipun hasilnya diberikan dalam skala besar.