REPUBLIKA.CO.ID,BADUNG -- Festival musik Soundrenaline 2018 segera mengguncang Taman Budaya Garuda Wisnu Kencana (GWK) Bali akhir pekan ini. Perhelatan seni dan musik yang menginjak tahun ke-16 penyelenggaraan itu telah menyiapkan sederet aksi kolaboratif lintas genre sebagai berikut.
- Efek Rumah Kaca dan Eko Nugroho
Ada unsur seni rupa yang melengkapi aksi panggung grup musik Efek Rumah Kaca di Soundrenaline 2018. Elemen visual itu dihadirkan oleh seniman "cult icon" Yogyakarta, Eko Nugroho, dengan detail karyanya yang sureal dan komikal.
Efek Rumah Kaca
- Efek Visual Militan Ala Seringai
Para Serigala Militia (sebutan untuk penggemar Seringai) tidak hanya bebas bersuara dan headbang bersama di Soundrenaline 2018. Mereka juga diajak meresapi dan mengenal karya-karya Seringai melalui efek visual yang menggambarkan kisah di balik lagu.
- Dialog Dini Hari plus Duo Scaller
Grup folk trio asal Bali, Dialog Dini Hari, memadukan karya mereka dengan warna musik lintas genre. Tahun ini, mereka tampil di panggung dengan berkolaborasi bersama duo musisi rock asal Jakarta, Scaller (Stella Gareth dan Reney Karamoy).
- Tabuhan magis instalasi "Thunderdorm"
Selain suguhan musik di lima panggung Soundrenaline 2018, ada instalasi musik "Thunderdorm", rangkaian sejumlah instrumen musik yang dirangkai membentuk kubah. Aksi ini melibatkan sederet seniman kondang tanah air termasuk Iga Massardi, The Upstairs, Elda "Stars n Rabbit", Kimo, dan Bam Mastro "Elephant Kind".
- Patung bambu penari baris raksasa
Sederet karya unik dari seniman Ardi Makki, Hahan, Erwin Windu, Cut and Rescue, dan Trotoart akan hadir di "Creators Area" Soundrenaline 2018. Salah satu yang fenomenal yakni patung penari baris dari anyaman bambu setinggi 6,5 meter dan lebar 8,5 meter, karya seniman Bali I Made Aswino Aji, berkolaborasi dengan seniman Bali lainnya.