REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Produksi Film Negara (PFN) bangkit setelah 26 tahun menghilang. Film berjudul 'Kuambil Lagi Hatiku' menjadi langkah awal kebangkitan PFN di industri film tanah air. Film bertemakan cinta dan keluarga tersebut juga mengandung unsur edukasi budaya Indonesia dan India.
Film arahan sutradara Azhar 'Kinoi' Lubis ini akan mengambil latar Taman Wisata Candi Borobudur di Magelang, Yogyakarta. Direktur Utama PT Taman Wisata Candi Borobudur Edy Setijono mengatakan bahwa lokasi Candi Borobudur mungkin dianggap sudah biasa.
"Tapi ini menjadi simbol budaya Indonesia dan sudah dikenal di seluruh dunia," kata Edy yang juga selaku Eksekutif Produser dalam acara Konferensi Pers 'Kuambil Lagi Hatiku' di Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Republik Indonesia, Jakarta, Kamis (30/8).
Edy mengatakan, pemilihan Borobudur cukup tepat karena menjadi salah satu destinasi wisata bagi turis lokal dan internasional. Borobudur juga sudah mengglobal dan menjadi salah satu dari beberapa tempat yang ditunjuk sebagai keajaiban dunia. Bagi Indonesia, Borobudur bukan hanya sekadar tempat saja tetapi juga simbol tentang budaya, serta nilai-nilai dalam kehidupan.
'Kuambil Lagi Hatiku' akan bercerita tentang kisah percintaan dan juga hubungan keluarga antara ibu dan anak. Konflik akan dimulai ketika ibu dan anak terikat oleh masa lalu.
Selain mengambil lokasi di Borobudur, lokasi syuting akan berpindah ke Taj Mahal, India. Rencananya proses syuting akan memakan waktu tiga pekan, yakni dua pekan di Indonesia dan sepekan di India.
Meski mengambil lokasi di dua negara berbeda, film tetap diprediksi akan rilis paling lambat awal tahun depan. 'Kuambil Lagi Hatiku' merupakan film yang diproduseri Salman Aristo. Meski mengandung drama percintaan, PFN sebagai rumah produksi negara tetap menyelipkan unsur edukasi di dalamnya. Film yang juga bertemakan keluarga ini akan memperkenalkan kebudayaan Indonesia dan India secara bersamaan.
Film yang dibintangi Lala Karmela, Dimas Aditya, Sahil Shah dari India, Cut Mini, dan Ria Irawan ini akan menjadi film pertama PFN. Namun PFN tidak berhenti pada satu judul ini saja, akan ada lagi film-film selanjutnya.
Sebelumnya PFN pernah berjaya dengan beberapa judul film, seperti 'Surat Untuk Bidadari' karya Garin Nugroho, dan 'Pelangi Di Nusa Laut' arahan sutradara MT Risyaf.