REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Tingkat kebahagiaan dan keharmonisan sebuah keluarga memang tidak bisa diukur dengan angka, namun dapat dirasakan. "Bagaimana kita menikmati pengalaman, seberapa menikmati fase-fase yang terjadi pada diri kita," kata psikolog Intan Erlita, saat acara diskusi mengenai keluarga bahagia di Jakarta, Kamis (30/8).
Komunikasi dan meluangkan waktu bersama keluarga merupakan beberapa cara untuk menjaga keharmonisan. Salah satu contohnya dapat dilihat melalui komunikasi yang baik dengan anak.
"Ketika orang tua memberikan pesan, anak bisa mengerti dengan baik, tanpa ada perlawanan," kata Intan.
Anak juga menjadi terbiasa dan bebas menceritakan segala hal pada orang tuanya, tidak ada jarak atau hirarki. Anak menjadi percaya diri karena dia biasa dilatih untuk berkomunikasi, begitu juga ketika berada di lingkungan baru.
"Keluarga yang harmonis karakternya mudah beradaptasi dengan orang, anak dibawa ke lingkungan baru, dia nggak pendiam. Anak percaya diri, karena biasa dilatih berkomunikasi," kata dia.
Untuk mencapai kebahagiaan dalam keluarga, setiap anggotanya terutama orang tua harus memiliki waktu bersama keluarga meski pun aktivitas tinggi, misalnya main gum atau berlibur bersama. Intan menyarankan dalam satu minggu keluarga harus beraktivitas bersama agar menjadi kebiasaan sekaligus untuk relaksasi diri sebelum kembali ke aktivitas sehari-hari.