Rabu 29 Aug 2018 20:59 WIB

Ini Kata Dokter Soal Sindrom Patah Hati

Sindrom patah hati berpotensi menyebabkan serangan di bilik jantung kiri

Rep: Retno Wulandhari/ Red: Ichsan Emrald Alamsyah
Sains berpendapat kita bisa meninggal karena patah hati dan kesedihan.
Sains berpendapat kita bisa meninggal karena patah hati dan kesedihan.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Patah hati dalam sebuah hubungan percintaan kerap kali hanya dikaitkan dengan persoalan rasa dan hati. Lebih jauh, patah hati ternyata memiliki dampak serius terhadap kesehatan jantung. 

Sebuah penelitian terbaru yang telah dipresentasikan di pertemuan tahunan European Society of Cardiology menunjukkan bahwa pasien sindrom patah hati dengan bawaan penyakit kanker memiliki kondisi tubuh yang lebih lemah dibandingkan pasien lain dengan sindrom yang sama. 

Sindrom patah hati pertama kali ditemukan di Jepang pada 1990. Dokter di Jepang menemukan bahwa, sindrom patah hati berpotensi menyebabkan serangan yang mendadak di bilik jantung sebelah kiri. Sejak saat itu, peneliti menemukan bahwa tekanan emosi dan mental berdampak terhadap kesehatan jantung.

"Beberapa pemicu penyakit jantung yaitu seperti stres karena kehilangan kekasih, nyeri, penyakit serius, pesta kejutan, kecelakaan mobil, dan kehilangan uang," ujar Dr Jennifer Haythe, kardiolog di Universitas Columbia dikutio Inverse.

Orang dengan sindrom patah hati akan merasakan sejumlah tanda-tanda yang hampir sama dengan serangan jantung. Termasuk merasakan nyeri pada dada, tekanan darah rendah, dan kesulitan bernafas. Namun, kondisi ini masih sangat jarang. Hanya sekitar dua sampai tiga persen pasien penyakit jantung di Amerika yang juga mengalami sindrom patah hati.

Sindrom patah hati ini, menurut Haythe, juga patut diwaspadai oleh orang sehat. Sindrom ini juga rentan menyerang perempuan yang sudah memasuki siklus postmenopause. Namun, sindrom ini biasanya bisa diatasi dalam waktu beberapa hari atau minggu dengan perawatan medis. 

Pasien kanker adalah salah satu yang memiliki risiko tinggi terhadap sindrom ini. Para peneliti menemukan bahwa risiko penggumpalan darah, cardiogenic shock dan aritmia mengancam dua kali lebih tinggi terhadap pasien kanker dengan sindrom patah hati. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement