Senin 27 Aug 2018 13:40 WIB

Sakit Jantung Bisa Diprediksi Lewat Kerutan Dahi

Ahli dari Prancis menyebut semakin banyak kerutan maka semakin berisiko jantung

Rep: Nora Azizah / Red: Ichsan Emrald Alamsyah
Nyeri di dada, bisa jadi pertanda sakit jantung
Foto: Boldsky
Nyeri di dada, bisa jadi pertanda sakit jantung

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Siapa sangka ternyata kerutan dahi bisa menjadi indikator seseorang terkena sakit jantung. Hal tersebut dibuktikan oleh sebuah penelitian di Prancis, dimana orang-orang dengan kerutan dahi lebih mendalam memiliki risiko penyakit jantung daripada yang tidak. 

Orang-orang dengan kerutan dahi yang cukup mendalam lebih berisiko terkena penyakit kardiovaskular. Profesor Yolande Esquirol dari Hospitalier Universitaire de Toulouse, Prancis, mengatakan bahwa kerutan dahi bisa menjadi penanda visual yang sederhana.

"Hanya dengan melihat wajahnya kita bisa tahu, dan menyarankan dia untuk menurunkan kolesterol," kata Esquirol dikutip dari laman Hindustan Times, Senin (27/8).

Berita Terkait:

Esquirol menjelaskan, sakit jantung sebenarnya bisa dihindari. Di antaranya dengan melakukan aktivitas fisik dan mengonsumsi makanan sehat.

"Tapi bagi mereka yang menderita risiko kardiovaskular potensial ada tindakan lain yang harus dilakukan," jelas Esquirol. Di antaranya, dengan memeriksa faktor risiko klasik tekanan darah, kadar lipid dan glukosa darah, juga rekomendasi untuk mengubah gaya hidup.

Risiko pengakit jantung memang bisa meningkat seiring dengan bertambahnya usia. Namun gaya hidup dan intervensi medis bisa mengurangi bahaya. Tantangannya, identifikasi pasien berisiko tinggi sedini mungkin untuk membuat perbedaan. Di dalam penelitian, kerutan dahi horizontal bisa melihat nilai dan risiko kardiovaskular. Penelitian dilakukan terhadap 3.200 pekerja.

Peserta yang secara fisik sehat berusia antara 32 sampai 62 tahun. Pada awal penelitian dokter melihat skor bergantung dengan jumlah dan kerutan di dahi. Skor nol berarti tidak ada kerutan, sementara skor tiga mempunyai kerutan di dahi cukup dalam. Peserta penelitian diikuti selama kurang lebih 20 tahun. Dalam jangka waktu tersebut, 233 peserta meninggal dunia dengan berbagai penyebab.

Dari banyak peserta, 15,2 persen mempunyai skor dua sampai tiga kerutan. Kemudian 6,6 persen terdapat satu kerutan, sementara 2,1 persen tidak mempunyai kerutan. Para peneliti kemudian menemukan bahwa orang dengan kerutan satu atau lebih sedikit mempunyai risiko lebih rendah meninggal akibat kardiovaskular, begitu pula sebaliknya. Mereka dengan kerutan tiga atau lebih mempunyai risiko 10 kali lebih besar terhadap kardiovaskular. "Semakin banyak kerutan, maka semakin besar risikonya," kata Esquirol. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement