REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Penelitian menunjukkan sekitar 75 persen penderita depresi mengalami gangguan tidur signifikan, mulai dari tidur gelisah, durasi tidur singkat, dan insomnia. Depresi membuat seseorang berkutat dengan pemikiran buruk, sehingga berujung pada kualitas tidur buruk.
Orang dengan insomnia bahkan berisiko lebih tinggi mengalami depresi dan kecemasan, dibanding mereka yang tidur normal. Hasil penelitian ini telah dipublikasikan dalam Jurnal JAMA Psychiatry. Tim meneliti mekanisme saraf yang mendasari hubungan antara depresi dan kualitas tidur 10 ribu orang partisipan.
"Orang depresi sering merenung, berpikir, dan mekanisme ini merusak kualitas tidur," kata peneliti dari Warwick University, Inggris, Jianfeng Feng, dilansir dari Mid Day, Senin (20/8).
Ada hubungan kuat antara korteks prefrontal dorsolateral yang mengatur memori jangka pendek, dengan precuneus yang mengatur diri seseorang, serta korteks orbitofrontal yang mengatyr emosi negatif pada penderita depresi. Peningkatan konektivitas fungsional antara ketiga daerah di otak ini menekan saraf dan membuat kualitas tidur buruk.
Temuan ini pada gilirannya memberi implikasi untuk pengobatan depresi dan peningkatan kualitas tidur yang baik karena area otak yang mengaturnya telah teridentifikasi.