REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Sebagian orang banyak yang sudah memilih diet rendah karbohidrat untuk menurunkan beran badan. Seperti salah satunya diet atkins yang semakin populer karena dengan menurunkan karbohidrat juga menurunkan risiko beberapa penyakit.
Hanya saja ada hasil yang berbeda setelah dilakukan penelitian di Amerika Serikat selama 25 tahun. Dikutip dari BBC, Jumat (17/8), dalam studi yang dipublikasikan di The Lancet Public Health dengan menggunakan 15.400 orang dari AS untuk mengisi kuesioner tentang makanan dan minuman yang mereka konsumsi, bersama dengan ukuran porsi.
Dari kuesioner tersebut, para ilmuwan memperkirakan proporsi kalori yang mereka dapatkan dari karbohidrat, lemak, dan protein. Setelah diamati selama 25 tahun, para peneliti menemukan bahwa 50 sampai 55 persen dari mereka memiliki risiko kematian sedikit lebih rendah dibandingkan dengan kelompok yang memilih diet rendah karbohidrat.
Para penulis berspekulasi bahwa diet tipe barat yang rendah mengonsumsi karbohidrat dengan lebih sering mengkonsumsi sayuran, buah, dan biji-bijian lebih sering dikaitkan dengan peradangan dan penuaan dalam tubuh. Tentunya kelompok tersebut jika dibandingkan dengan mereka yang lebih memilih konsumsi protein dan lemak hewani.
“Satu penjelasan untuk temuan ini dan studi AS lainnya adalah bahwa hal itu (diet rendah karbohidrat) mungkin mencerminkan risiko kematian yang lebih tinggi pada kelebihan berat badan, yang mungkin jatuh ke dalam dua kelompok diet populer yaitu mereka yang menyukai diet tinggi daging atau rendah karbohidrat dan mereka yang menyukai diet rendah lemak tinggi karbohidrat,” kata Profesor emeritus nutrisi dan diet dari King's College London, Tom Sanders.
Ilustrasi diet karbohidrat
Sementara itu, Kepala ahli gizi dari Public Health England, Alison Tedstone mengakui penelitian tersebut berdampak negatif bagi kelangsungan tubuh “Ini memberikan bukti lebih lanjut bahwa diet rendah karbohidrat dapat sangat merusak kesehatan jangka panjang,” ujar Tedstone.
Anggota unit epidemiologi MRT University of Cambridge, Nita Forouhi yang tidak terlibat dalam penelitian tersebut mengungkapkan pesan yang sangat penting dari hasil penelitian tersebut yaitu tidak cukup fokus pada nutrisi saja saat melakukan diet rendah karbohidrat. “Tetapi apakah mereka berasal dari sumber binatang atau tumbuhan,” tutur Forouhi.
Forouhi menambahkan, ketika asupan karbohidrat dikurangi dalam diet baru akan ada manfaat ketika ini diganti dengan sumber makanan lemak dan protein asal tumbuhan. Hanya saja, hal itu akan tidak bermanfaat jika diganti dengan sumber asal hewan seperti daging.