REPUBLIKA.CO.ID, SLEMAN -- Udara dingin terus terjadi di sekitar Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) selama musim kemarau. Untuk itu, Dinas Kesehatan Kabupaten Sleman mengimbau masyarakat mewaspadainya, terutama kepada bayi-bayi baru lahir.
Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Sleman, Joko Hastaryo mengatakan, yang mungkin terjadi saat cuaca dingin ini tidak lain hipotermia. Ia menilai, itu yang mungkin paling dirasakan langsung efeknya bagi manusia.
Hipotermia merupakan kondisi ketika suhu tubuh di bawah suhu normal. Itu terjadi karena saat suhu udara normal, misal sampai 25 derajat Celsius, suhu tubuh normal 36,5 sampai 37,5 derajat Celsius.
Ketika suhu luar ruang turun, tubuh manusia secara refleks akan merespons. Panas tubuh keluar dan akhirnya suhu tubuh normal akan turun di bawah 36,5 derajat Celsius.
"Ketika terjadi hipotermia, apalagi ekstrem, katakanlah sampai 30 derajat celcius, itu yang paling berbahaya terutama ada pada bayi, pada anak baru lahir," kata Joko di Ruang Rapat Bupati Sleman, Kamis (9/8).
Hal itu lantaran permukaan tubuh bayi kecil dibandingkan suhu ruangan malah besar. Suhu panas tubuh bayi bisa segera habis.
Efeknya bisa ke mana-mana, seperti pernafasan atau jantung. Namun, ia mengaku bersyukur, masyarakat, khususnya di Kabupaten Sleman, biasanya tidak pernah membiarkan bayi dalam keadaan terbuka.
Dibedong jadi istilah yang mungkin memiliki kontradiksi hari ini. Belakangan ada anjuran dari para spesialis anak supaya anak tidak dibedong agar perkembangan fisiknya bagus.
"Tapi, kalau kondisi suhu ruangan di bawah 25 derajat Celsius, memang sebaiknya bayi itu dibedong, dibungkus, karena bisa mencegah efek suhu ruangan kepada bayi tersebut," ujar Joko.