REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ketika seseorang disuguhi makanan, maka topik pembicaraan apapun dapat dibicarakan dengan santai. Mulai dari isu-isu sosial, bahkan politik. Makanan dapat membuat obrolan meja makan menjadi menarik.
Makanan ternyata tidak hanya dilihat sebagai ‘makanan’ oleh setiap orang, salah satunya adalah penulis novel Aruna dan Lidahnya, Laksmi Pamuntjak. Ia menganggap bahwa makanan dapat membuat seseorang mengetahui sejarah dari makanan tersebut, dan juga cerita orang yang menyuguhkan makanannya.
“Dari makanan, kita dapat melihat hal-hal lain. Seperti politik atau masalah-masalah sosial lainnya,” kata Laksmi dalam acara peluncuran novel Aruna dan Lidahnya bersampul edisi film di Aksara Bookstore, Jakarta, Jumat (3/8).
Menurutnya, makanan dapat membuat orang menjadi lebih rileks dalam berkomunikasi. Ia berkata bahwa ketika orang-orang berkumpul dan menyantap makanan, mereka jadi lebih terbuka untuk berbicara tentang hal-hal yang agaknya sedikit sensitif apabila dibicarakan tanpa makanan.
“Dari makanan, kita juga bisa melihat hal-hal lain. Proses pengolahannya, filosofinya mungkin. Jadi macam-macam,” kata Laksmi. Ia kemudian melanjutkan bahwa ketika ada makanan, orang-orang lebih merasa leluasa dan bebas untuk berpendapat.
Laksmi menulis Aruna dan Lidahnya pada tahun 2014. Novel tersebut lahir setelah suaminya, Djohan Setiawan Kandar, meningga di tahun 2013 karena kanker pankreas.
Setelah suaminya tiada, Laksmi tersadar betapa dekatnya makanan dengan kehidupan manusia bahkan hingga detik-detik terakhir hidup suaminya. "Yang sangat menyentuh bagi saya, satu minggu sebelum suami saya koma dia selalu melihat program-program kuliner di televisi. Padahal secara inderawi dia tidak lagi bisa merasakan nikmatnya makan," kata.
Ternyata, ia melanjutkan, makanan adalah sumber memori yang menyenangkan dalam hidup sang suami. "Di saat-saat terakhir, dia menjadi orang sangat manis dan sangat bersyukur atas segala yang sudah dia alami semasa hidup," tutur Laksmi.